Kesehatan
Beranda » Berita » Anosmia, Gangguan Penciuman yang Dapat Mengganggu Kualitas Hidup, Ini Penyebab dan Gejalanya

Anosmia, Gangguan Penciuman yang Dapat Mengganggu Kualitas Hidup, Ini Penyebab dan Gejalanya

Anosmia, Gangguan Penciuman yang Dapat Mengganggu Kualitas Hidup, Ini Penyebab dan Gejalanya
Anosmia, Gangguan Penciuman yang Dapat Mengganggu Kualitas Hidup, Ini Penyebab dan Gejalanya

Medan, HarianBatakpos.com – Anosmia adalah kondisi ketidakmampuan atau penurunan kemampuan untuk mencium bau. Gangguan ini bisa bersifat sementara atau permanen, tergantung pada penyebabnya. Beberapa orang mungkin mengalami anosmia sejak lahir, sementara yang lainnya kehilangan kemampuan mencium bau akibat berbagai kondisi medis. Diperkirakan, sekitar 3-20 persen populasi manusia mengalami anosmia atau hiposmia, yang merupakan penurunan kemampuan untuk mencium bau.

Anosmia, yang terkadang disebut sebagai “buta penciuman,” merupakan proses yang kompleks yang melibatkan interaksi antara hidung dan otak. Ketika seseorang mencium bau, udara masuk ke hidung, dan molekul bau menempel pada reseptor saraf penciuman, yang disebut saraf olfaktorius. Saraf ini mengirimkan sinyal ke otak, yang kemudian memproses informasi tersebut menjadi bau yang dapat dikenali.

Indra penciuman yang terganggu dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang, terutama dalam hal pengalaman makan. Karena sensasi rasa makanan melibatkan kombinasi indra penghidu dan pengecap, pengidap anosmia seringkali mengalami gangguan selera makan, yang dapat berakibat pada kurangnya asupan nutrisi. Selain itu, mereka mungkin tidak dapat mendeteksi tanda-tanda bahaya di sekitar, seperti bau makanan basi, kebocoran gas, atau asap kebakaran.

Bakteri Usus Ternyata Bisa Memicu Depresi, Ini Faktanya

Faktor Risiko Anosmia Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan anosmia meliputi:

  • Infeksi hidung atau trauma kepala.
  • Usia di atas 60 tahun.
  • Penyakit neurodegeneratif.
  • Penggunaan obat-obatan yang memengaruhi indra penciuman.
  • Terapi radiasi pada kepala atau leher.

Penyebab Anosmia Meskipun anosmia sering dikaitkan dengan COVID-19, terdapat berbagai penyebab lain yang dapat mengganggu jalur penciuman. Salah satu penyebab umum adalah gangguan obstruksi, seperti peradangan akibat flu, rhinitis, atau rinosinusitis. Polip hidung atau benjolan lain juga dapat menghalangi penciuman. Trauma kepala juga menjadi penyebab umum anosmia, mengingat cedera pada kepala atau sinus bisa merusak saraf olfaktorius.

Penuaan merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan penurunan kemampuan untuk mencium bau, akibat berkurangnya sel-sel pada saraf penciuman. Penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer, Parkinson, dan demensia Badan Lewy juga berperan dalam memperburuk kondisi ini.

Beberapa sindrom bawaan lahir, seperti Sindrom Turner dan Sindrom Kallman, dapat menyebabkan anosmia permanen. Anosmia juga bisa menjadi efek samping dari terapi radiasi untuk pengobatan kanker kepala dan leher.

Inovasi Tes Darah untuk Deteksi Kanker Lebih Awal

Gejala utama dari anosmia adalah ketidakmampuan untuk mengenali bau. Bagi mereka yang mengalami anosmia sejak lahir, kondisi ini mungkin tidak diketahui karena mereka tidak pernah memiliki kemampuan penciuman. Namun, bagi penderita penyakit neurodegeneratif, anosmia bisa menjadi tanda awal, dan mereka harus segera mencari evaluasi medis. Kehilangan kemampuan untuk mencium dapat menurunkan kualitas hidup seseorang, memengaruhi interaksi sosial, makan, dan kesejahteraan mental.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Postingan Terpopuler

BatakPos TV

Kominfo Padang Sidempuan

Kominfo Padang Sidempuan