Medan, HarianBatakpos.com – Beberapa waktu belakangan ini, istilah “YONO” (You Only Need One) menjadi perbincangan hangat di kalangan netizen Generasi Z. Istilah ini muncul sebagai lawan dari “YOLO” (You Only Live Once) dan berkaitan erat dengan gaya hidup minimalis dan berkelanjutan.
Secara harfiah, YONO berarti “Anda hanya butuh satu.” Di balik arti ini, YONO mengandung makna yang mendalam mengenai cara hidup yang lebih sederhana, dilansir dari Kompas.com..
Istilah ini pertama kali ramai diperbincangkan di Korea Selatan dan kini mulai dikenal luas di negara lain. Banyak kelompok muda di Korea Selatan yang beralih ke YONO karena mengutamakan kebutuhan yang esensial.
Dalam konteks gaya hidup, YONO menawarkan perspektif berbeda dibandingkan YOLO. Sementara YOLO mendorong individu untuk mengejar kesenangan sesaat dengan cara konsumtif, YONO mengajak orang untuk lebih selektif dalam berbelanja.
YONO menekankan pentingnya meminimalkan konsumsi yang tidak perlu dan memilih barang berkualitas.
Krisis ekonomi global yang terjadi belakangan ini juga menjadi latar belakang munculnya istilah YONO. Dengan suku bunga dan harga barang yang tinggi, banyak orang mulai berpikir ulang tentang cara mereka berbelanja. YONO menjadi pilihan gaya hidup yang lebih hemat dan berkelanjutan.
Dalam praktiknya, YONO tidak hanya sekadar menghemat pengeluaran. Gaya hidup ini juga mengedepankan keberlanjutan lingkungan.
Misalnya, membeli barang yang ramah lingkungan dan mendaur ulang barang bekas menjadi bagian dari filosofi YONO. Dengan demikian, YONO adalah lebih dari sekadar tren; ia mencerminkan perubahan paradigma dalam cara kita melihat konsumsi dan kehidupan.
Komentar