Harianbatakpos.com , JAKARTA – Aurelie Moeremans, aktris dan penyanyi yang kini populer di Indonesia, mengungkapkan cerita mengejutkan tentang masa kecilnya. Dalam wawancara di Podcast PWK yang dipandu oleh Praz Teguh, Aurelie membuka cerita tentang masa lalunya di Belgia, di mana ia pernah menjadi seorang kleptomania.
Kleptomania, kondisi mental yang membuat seseorang tidak mampu menahan dorongan untuk mencuri barang-barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan dan seringkali tidak bernilai tinggi, adalah salah satu jenis gangguan jiwa. Aurelie menceritakan bahwa kebiasaan buruk ini mulai berkembang saat ia masih kecil, dan lingkungan keluarganya berperan dalam pembentukan perilaku tersebut.
Aurelie mengisahkan bahwa sejak kecil, ia sering melihat ibunya mengambil barang-barang milik orang lain tanpa izin. Salah satu momen yang ia ingat dengan jelas adalah ketika ia melihat ibunya mengambil uang dan kalung dari patung Bunda Maria, yang sering dihiasi dengan persembahan dari para pengunjung.
“Di Belgia, ada patung Bunda Maria, dan orang suka memberikan kalung atau uang. Mama sepertinya tidak mengerti konsepnya dan mengambil barang-barang tersebut. Saat kecil, aku merasa ada yang salah dengan hal ini,” kenang Aurelie, Kamis (23/5/2024) , seperti dilansir dari Okezone.
Pengalaman lain yang membekas dalam ingatan Aurelie adalah saat ia mengikuti les balet. Di sana, ia menemukan sebuah CD di majalah milik studio balet. Karena jarang mendapatkan hadiah, ia sangat menginginkan CD tersebut. “Aku ingin menguji mama. Awalnya, mama bilang itu milik mereka dan tidak boleh diambil. Namun, setelah berpikir sejenak, mama mengambilnya juga,” cerita Aurelie.
Dari kejadian-kejadian seperti inilah, Aurelie mulai merasa bahwa mencuri adalah sesuatu yang menarik dan menyenangkan. Kebiasaan ini terus berlanjut hingga ia sering mengambil barang-barang milik teman-temannya, meskipun barang-barang tersebut tidak penting dan hanya diambil karena keisengan.
Salah satu kejadian terburuk yang diingat oleh Aurelie adalah ketika ia mencuri cincin emas putih milik gurunya. Aurelie merasa sangat kesal dengan gurunya yang dianggapnya menyebalkan dan sok cantik, sehingga ia memutuskan untuk mengambil cincinnya.
“Ada satu guru yang sangat aku tidak suka, dia sok cantik dan menyebalkan. Jadi aku ambil cincinnya,” ungkap Aurelie. Cincin tersebut kemudian diberikan kepada ibunya dengan alasan bahwa ia menemukannya di jalan.
Beruntung, kebiasaan kleptomania Aurelie berhenti saat ia berusia 11 tahun, tepat sebelum ia memulai kariernya di Indonesia. Pengakuan ini menunjukkan bahwa lingkungan dan pengaruh orang tua bisa berdampak besar pada perilaku anak.
Aurelie kini bisa melihat kembali masa lalunya dengan lebih bijak dan mengambil pelajaran dari pengalamannya. Ia berharap ceritanya bisa menjadi pelajaran bagi orang lain, terutama para orang tua, agar lebih berhati-hati dalam memberikan contoh kepada anak-anak mereka.
“Masa kecil memang penuh dengan pengaruh dari lingkungan sekitar, terutama dari keluarga. Aku harap cerita ini bisa menjadi pengingat bagi kita semua untuk selalu memberikan contoh yang baik kepada anak-anak,” tutup Aurelie.
Cerita Aurelie tentang masa lalunya yang penuh tantangan memberikan gambaran nyata tentang bagaimana kebiasaan buruk bisa terbentuk dari pengaruh lingkungan dan keluarga. Meski demikian, dengan kesadaran dan usaha untuk berubah, seseorang bisa keluar dari lingkaran kebiasaan buruk tersebut dan menjadi pribadi yang lebih baik.
Aurelie Moeremans adalah bukti nyata bahwa masa lalu tidak harus menentukan masa depan seseorang, dan setiap orang memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri dan menjalani kehidupan yang lebih baik.
Komentar