Toba, harianbatakpos.com – Menanggapi status “kartu kuning” dari UNESCO Global Geopark (UGGp) Kaldera Toba, Manager Badan Pengelola Toba Caldera UNESCO Global Geopark (BPTCUGGp), Azizul Kholis, menyampaikan apresiasinya terhadap dukungan Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) yang secara konsisten membantu berbagai aspek pengembangan kawasan, meski bukan merupakan tugas pokok lembaga tersebut.
“Geopark itu bukan tugas BPODT. Tapi BPODT justru menjadi salah satu instansi yang paling banyak membantu kami, baik dalam hal pengembangan infrastruktur, promosi kawasan, hingga pendampingan masyarakat,” kata Azizul dalam acara implementasi kurikulum muatan lokal kepariwisataan, Selasa (3/6).
Salah satu bentuk nyata dukungan BPODT, lanjut Azizul, adalah inisiatif merumuskan kurikulum muatan lokal kepariwisataan berbasis geopark yang bertujuan memperkenalkan hospitality, nilai-nilai geopark dan potensi pariwisata Danau Toba sejak usia dini. Kurikulum ini sedang dalam tahap penyelarasan dengan Dinas Pendidikan.
Selain itu, BPODT juga menunjukkan komitmen terhadap pelestarian lingkungan, antara lain melalui program penanaman 2000 pohon bagot, pengelolaan sampah terpadu, dan edukasi lingkungan berbasis komunitas.
“BPODT memahami bahwa daya tarik utama kawasan ini bukan hanya pada keindahan alam, tetapi juga keberlanjutan ekologinya. Mereka aktif di lapangan, tidak hanya bekerja dari balik meja,” kata Azizul.
Lebih jauh, BPODT juga telah membangun Miniatur Geopark di kawasan Toba Caldera Resort (TCR) sebagai pusat edukasi publik tentang geodiversity, biodiversity, dan cultural diversity Kaldera Toba. Fasilitas ini diharapkan menjadi salah satu etalase utama dalam mengenalkan konsep geopark kepada wisatawan dan masyarakat lokal.
Sebagaimana diketahui, dalam evaluasi terakhir UNESCO, Kaldera Toba menerima kartu kuning sebagai peringatan agar melakukan pembenahan di berbagai aspek, mulai dari tata kelola, keterlibatan masyarakat, hingga pemeliharaan nilai-nilai geologis dan budaya.
“Kartu kuning ini harus kita lihat sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri. Tidak ada satu lembaga pun yang bisa bekerja sendiri. Sinergi seperti yang selama ini dilakukan BPODT adalah kolaborasi positif,” tegasnya.
Azizul pun mengajak seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah daerah, komunitas lokal, pelaku wisata, akademisi, dan sektor swasta untuk memperkuat kolaborasi demi menjaga status Kaldera Toba sebagai bagian dari jaringan geopark global. “Kita tidak bicara soal pencitraan, tapi masa depan kawasan dan masyarakatnya,” pungkasnya.
Sebagai informasi, BPODT adalah lembaga di bawah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang bertugas mengembangkan kawasan pariwisata strategis nasional Danau Toba secara ekonomi dan infrastruktur. Sementara BPTCUGGp bertanggung jawab pada aspek konservasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat berbasis nilai-nilai geologi dan budaya lokal yang diakui UNESCO.
Keduanya memiliki mandat yang berbeda, namun saling melengkapi dalam upaya menjaga dan memajukan kawasan Danau Toba secara berkelanjutan.
Komentar