Headline Peristiwa
Beranda » Berita » Bagaimana Anak 13 Tahun yang Mengalami Gangguan Jiwa Akibat Penjualan Handphone dan Sepeda oleh Sang Ibu Bisa Pulih Kembali?

Bagaimana Anak 13 Tahun yang Mengalami Gangguan Jiwa Akibat Penjualan Handphone dan Sepeda oleh Sang Ibu Bisa Pulih Kembali?

Baru-baru ini, publik dikejutkan oleh berita tentang seorang anak berusia 13 tahun yang mengalami gangguan jiwa karena sang ibu menjual handphone dan sepeda yang dibelinya dari hasil tabungannya.

Kasus ini telah menimbulkan keprihatinan yang mendalam di kalangan masyarakat, terutama karena dampak yang dialami oleh sang anak yang kini mengalami gangguan mental. Pertanyaan yang muncul adalah, apakah anak tersebut bisa pulih kembali seperti sebelumnya? Dan bagaimana langkah yang tepat untuk menangani situasi ini?

Psikolog Klinis & Co-Founder Ohana Space, Veronica Adesla, M.Psi., memberikan pandangannya terkait kasus ini. Dia menjelaskan bahwa ketika seorang anak mengalami gangguan jiwa, sangat penting untuk memberikan penanganan psikologis yang tepat.

Tangis Pemuda yang Akan Jalani Masa Pendidikan Polri, Sedih Tinggalkan Nenek Sendiri di Rumah

Orang tua harus konsisten mendukung anak dalam menjalani pengobatan psikologis untuk mendukung kesembuhannya, seperti dilansir dari Viva.co.id.

Veronica menegaskan bahwa penting untuk menghindari sikap menyalahkan atau mengisolasi anak dalam kondisi seperti ini. Orang tua harus memberikan dukungan positif dan kasih sayang kepada anak, serta menciptakan lingkungan yang hangat dan penuh semangat positif di sekitarnya.

Tindakan dan sikap orang tua dalam mendukung anak selama proses pengobatan ini sangat menentukan apakah anak tersebut bisa pulih kembali atau tidak. Jika penanganan dilakukan dengan baik dan konsisten, maka peluang kesembuhan anak akan semakin besar.

Terkait kasus ini, sang ibu, Nita, mengaku terpaksa menjual barang-barang milik anak karena masalah ekonomi.

Gempa Dahsyat Rusia Picu Tsunami dan Kerusakan Bangunan di Kepulauan Kuril

Meskipun ia telah meminta izin dari anaknya, namun tetap saja tindakan ini berdampak buruk pada kondisi mental sang anak. Anak tersebut seringkali mengamuk dan menangis setelah kehilangan barang-barang kesayangannya tersebut.

Dalam situasi seperti ini, sangat penting untuk memahami bahwa kebutuhan ekonomi keluarga tidak boleh mengorbankan kesejahteraan mental anak. Orang tua perlu mencari solusi lain untuk mengatasi masalah keuangan tanpa harus mengorbankan kebahagiaan dan kesehatan anak.

Masyarakat juga perlu memberikan dukungan kepada keluarga yang mengalami kesulitan ekonomi, sehingga mereka tidak merasa terpaksa melakukan tindakan yang berpotensi merugikan anak. Selain itu, lembaga atau organisasi yang peduli terhadap kesejahteraan anak juga dapat memberikan bantuan dan dukungan dalam menangani masalah seperti ini.

Dengan demikian, penting untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan ekonomi dan kesejahteraan mental anak. Orang tua perlu memprioritaskan kesehatan dan kebahagiaan anak di atas segalanya, dan mencari solusi yang tidak merugikan mereka dalam jangka panjang.

Dengan dukungan yang tepat dan penanganan yang baik, anak yang mengalami gangguan jiwa akibat masalah seperti ini memiliki peluang besar untuk pulih kembali dan menjalani kehidupan yang bahagia dan produktif.

 

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *