Jakarta, BP – Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, memproyeksikan Bank Sentral AS atau The Fed akan mempertahankan suku bunga di level 5,25-5,50 persen pada pertemuan bulan Juli 2024. Hal ini diyakini akan mempengaruhi arus dana asing dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Diperkirakan The Fed hanya akan menurunkan FFR (Fed Fund Rate) sebanyak satu kali pada tahun ini, lebih kecil dibandingkan rencana sebelumnya. Situasi ini memperburuk pelemahan rupiah terhadap dolar AS.
Data terbaru AS yang membaik diharapkan dapat mendorong The Fed untuk memangkas suku bunga menjelang akhir tahun, memperkuat rupiah, dan menarik aliran dana asing masuk ke Indonesia.
Secara teknikal, rupiah diperkirakan akan bergerak di kisaran 16.300 – 16.500 per dolar AS.
Andry Asmoro menganalisis berdasarkan risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC Meeting) terakhir, di mana mayoritas pejabat The Fed mengindikasikan potensi penurunan suku bunga menjelang akhir tahun, meskipun dengan tingkat kekhawatiran yang berbeda.
Ketua The Fed, Jerome Powell, menyatakan bahwa meskipun inflasi kembali menurun, keputusan penurunan suku bunga pada bulan September 2024 masih belum pasti.
Menurut perkiraan pasar dari CME Group per 5 Juli 2024, ada probabilitas 66,5 persen untuk penurunan suku bunga pertama pada September 2024, dan 45,2 persen untuk penurunan kedua pada Desember 2024.
Investor akan mengawasi laporan tenaga kerja AS hari ini, dengan perkiraan penambahan non-farm payrolls sebesar 190 ribu pada Juni 2024, lebih rendah dari bulan sebelumnya.
Dalam sektor pasar saham Asia, Shanghai turun 0,29 persen menjadi 2.949,1 dan Hang Seng turun 0,86 persen menjadi 17.872,8. Sementara itu, IHSG naik 0,34 persen ke level 7.245,2, dipimpin oleh sektor industri.
Imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia dengan tenor 10 tahun turun 1,3 bps menjadi 7,00 persen, sementara yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun turun 0,6 bps menjadi 4,35 persen.
Komentar