Nasional
Beranda » Berita » Bapanas: Harga Beras Tinggi Dipengaruhi Biaya Produksi yang Mahal

Bapanas: Harga Beras Tinggi Dipengaruhi Biaya Produksi yang Mahal

Ilustrasi

Medan, harianbatakpos.com – Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyatakan bahwa tingginya harga beras di dalam negeri dipengaruhi oleh mahalnya biaya produksi.

Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Badan Pangan Nasional, Rachmi Widiriani, menjelaskan bahwa petani berhak memperoleh keuntungan karena biaya yang dikeluarkan untuk menanam padi cukuplah besar. Hal ini berdampak pada tingginya harga beras di pasar.

“Memang benar saat ini harga beras di dalam negeri tinggi, tetapi biaya produksinya juga sudah mahal. Jika kita telusuri dari faktor biaya produksi beras, memang tinggi. Oleh karena itu, petani juga berhak mendapatkan keuntungan,” ujar Rachmi di Bali, Jumat.

Banyak Hari Besar, Tapi Nggak Ada Libur Nasional di November 2025

Rachmi menambahkan bahwa saat ini, petani sedang mendapatkan keuntungan yang cukup besar, karena harga gabah yang dibeli lebih tinggi dari Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Nilai Tukar Petani (NTP) untuk tanaman pangan, menurut Rachmi, juga berada pada tingkat yang baik. Ia menilai bahwa hal ini saling terkait sehingga pada akhirnya konsumen dapat membeli beras dengan harga yang lebih terjangkau.

“Jika benih yang digunakan berkualitas, produktivitas akan meningkat, dan hasil panen per satuan lahan juga meningkat. Dengan demikian, petani akan mendapatkan hasil penjualan yang lebih baik. Dalam jangka panjang, dengan perluasan lahan dan perbaikan yang terus dilakukan, harga beras akan relatif stabil,” kata Rachmi.
Namun demikian, Rachmi menegaskan bahwa petani harus tetap memperoleh keuntungan dari usaha pertanian mereka. Selain itu, efisiensi perlu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas melalui inovasi dan penggunaan teknologi.

Rachmi mencontohkan penggunaan drone untuk penyebaran pupuk yang lebih efisien, sebab menghemat tenaga dan waktu hingga 30 persen dibandingkan dengan cara manual. Selain itu, sebaran pupuk juga lebih merata pada lahan yang luas.

Lebih lanjut, efisiensi seperti ini dapat dilakukan untuk mengurangi biaya produksi
“Efisiensi memang harus dilakukan. Dengan efisiensi, produktivitas meningkat, sehingga petani akan mendapatkan dua keuntungan: harga yang baik dan penghasilan yang lebih besar. Produksi yang tinggi lama-kelamaan akan menstabilkan harga,” jelasnya.

Whoosh Sudah Mampu Menutup Biaya Operasional

Dalam acara Indonesia International Rice Conference (IIRC) di Nusa Dua, Bali, Kamis (19/9), Bank Dunia menyebutkan bahwa harga beras di Indonesia 20 persen lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN, meskipun kesejahteraan petani masih rendah.

Menurut Survei Terpadu Pertanian 2021, kesejahteraan petani Indonesia masih di bawah rata-rata, dengan pendapatan kurang dari 1 dolar AS per hari atau sekitar Rp15.207, dan pendapatan tahunan di bawah 341 dolar AS atau sekitar Rp5 juta.

Pendapatan ini dinilai tidak sebanding dengan biaya produksi yang harus ditanggung oleh petani. Akibatnya, masyarakat Indonesia harus membayar harga beras yang lebih tinggi.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *