Medan, HarianBatakpos.com – Buang air besar (BAB) merupakan bagian penting dari sistem pencernaan tubuh yang dapat mencerminkan kondisi kesehatan secara keseluruhan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Institute for Systems Biology (ISB) dan dipublikasikan dalam jurnal Cell Reports Medicine, frekuensi BAB seseorang bisa memberikan gambaran tentang kesehatan usus dan risiko penyakit kronis.
“Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bagaimana frekuensi BAB yang tidak normal dapat menjadi faktor risiko penting dalam perkembangan penyakit kronis,” kata Profesor Madya dari ISB, Sean Gibbons, Ph.D, dilansir dari kontan.co.id.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa ada frekuensi BAB yang dianggap optimal, yang disebut ‘zona Goldilocks’, yang terkait dengan kesehatan usus yang lebih baik.
Studi tersebut menganalisis data dari lebih dari 1.400 orang dewasa sehat berusia 19 hingga 89 tahun. Berdasarkan frekuensi BAB yang dilaporkan, peserta dikelompokkan dalam empat kategori, mulai dari sembelit hingga diare.
Temuan menarik dari penelitian ini adalah bahwa mereka yang menghabiskan waktu untuk BAB antara satu hingga dua kali sehari berada dalam ‘zona Goldilocks’—frekuensi BAB yang dikaitkan dengan mikrobioma usus yang sehat.
“Bakteri tertentu dalam organ usus yang memfermentasi serat muncul lebih sering pada orang yang berada dalam zona ini,” ujar Gibbons. Mereka yang lebih sering BAB, atau yang mengalami sembelit dan diare, menunjukkan tanda-tanda gangguan pada fungsi ginjal atau hati.
Selain itu, penelitian ini menunjukkan bahwa pola makan sehat, termasuk konsumsi buah, sayuran, dan serat tinggi, serta olahraga teratur, dapat menjaga frekuensi BAB yang optimal dan meningkatkan kesehatan usus.
“Bagi mereka yang ingin menjaga frekuensi BAB yang sehat, makan banyak tanaman, sayur, buah, kacang, biji-bijian, serta suplemen serat seperti sekam psyllium sangat disarankan,” kata Gibbons.
Komentar