Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa komoditas beras tetap menjadi penyumbang inflasi bulanan (month-to-month/mtm) terbesar di Indonesia pada Februari 2024. Menurut M. Habibullah, Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, beras memberikan andil inflasi sebesar 0,21 persen.
“Inflasi beras berlanjut hingga Februari, dengan inflasi mencapai 5,32 persen,” ujar Habibullah. Sebanyak 37 provinsi mengalami inflasi beras, sementara satu provinsi lainnya mengalami penurunan inflasi beras.
Secara keseluruhan, komponen harga bergejolak (volatile food) mengalami inflasi sebesar 1,53 persen, memberikan andil inflasi tertinggi (0,25 persen) dibanding komponen lainnya, yaitu inflasi inti (0,09 persen) dan inflasi harga diatur pemerintah (0,03 persen).
Komoditas pangan lainnya yang turut mendorong inflasi bulanan Februari termasuk cabai merah (andil 0,09 persen), telur ayam ras (0,04 persen), serta daging ayam ras (0,02 persen). Inflasi cabai merah terjadi di semua level perdagangan, dengan kenaikan harga di produsen pedesaan sebesar 4,56 persen, grosir 16,01 persen, dan eceran 17,78 persen.
Inflasi pada telur dan daging ayam ras dipicu oleh kenaikan harga pakan ternak ayam. Bahan pakan dedak mengalami inflasi 0,36 persen, jagung pipilan 0,80 persen, bekatul 0,04 persen, dan bungkil 0,22 persen.
Inflasi bulanan Februari tercatat sebesar 0,37 persen mtm, dengan tingkat inflasi tahunan mencapai 2,75 persen (year-on-year/yoy) dan inflasi tahun kalender sebesar 0,41 persen (year-to-date/ytd). Data ini memberikan gambaran tentang kontribusi berbagai komoditas terhadap inflasi di Indonesia.
Komentar