Berbagai Perlawanan Indonesia Terhadap Kolonialisme
Bangsa Eropa datang ke Nusantara pada abad ke-16. Awalnya bertujuan untuk berdagang rempah-rempah. Namun, lama-kelamaan tujuan bergeser menjadi penerapan kolonialisme dan imperialisme.
Berbagai bentuk perlawanan terhadap penjajahan pun dilakukan oleh bangsa Indonesia. Ada yang melalui pemberontakan, ada pula yang menggunakan jalur diplomasi. Berikut adalah beberapa perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme untuk memperjuangkan kemerdekaan.
Daftar Perlawanan Indonesia Terhadap Kolonialisme
1. Pemberontakan Diponegoro
Salah satu perlawanan paling awal terhadap kolonialisme terjadi pada abad ke-19, yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro. Pemberontakan ini, yang dikenal sebagai Perang Diponegoro (1825-1830), pemberontakan ini berupa konflik antara pasukan Diponegoro melawan pemerintah Hindia Belanda.
Pangeran Diponegoro memimpin perjuangan dengan gagah berani untuk mempertahankan kedaulatan dan kebebasan bangsanya. Sayangnya, perlawanan ini berakhir dengan penangkapan Diponegoro, namun semangat perlawanan yang ditunjukkan tetap memberikan inspirasi.
2. Perlawanan Ternate terhadap Kolonial
Akibat monopoli perdagangan rempah-rempah oleh Portugis, rakyat Ternate hidup sengsara. Akibatnya, rakyat Ternate dipimpin oleh Dajalo pada tahun 1533 melakukan perlawanan terhadap Portugis. Pada awalnya, rakyat Ternate meraih kemajuan besar, namun kemudian berbalik terdesak setelah Portugis mendapat bantuan pasukan dari Malaka.
Kemudian penyerangan kembali terjadi karena Portugis sering melakukan pemerasan. Kali ini perlawanan dipimpin oleh Sultan Khairun atau Hairun. Melalui tipu muslihat, orang Portugis berhasil membunuh Sultan Khairun dalam suatu perundingan. Meskipun demikian, perlawanan rakyat Ternate terus berlanjut di bawah pimpinan Sultan Baabullah penerus takhta Ternate pada tanggal 28 Desember 1577. Sultan Baabullah berhasil mengusir Portugis dari negerinya.
3. Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa
Keinginan VOC untuk melakukan monopoli perdagangan lada menjadi sumber konflik antara Banten dan VOC. Puncak konflik terjadi ketika Kesultanan Banten dipimpin Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1684). Perlawanan terhadap VOC mereda setelah terjadi perselisihan antara Sultan Ageng dan putranya, Sultan Haji (Pangeran Abu Nashar Abdul Qahar).
Kesempatan ini tidak dilewatkan oleh VOC untuk melancarkan taktik devide et impera. VOC membantu Sultan Haji dan berhasil menangkap Sultan Ageng. Sultan Haji diangkat oleh VOC sebagai penguasa Banten dengan menandatangani konsensi yang merugikan Banten.
4. Perlawanan terhadap Agresi Militer Belanda 1945-1949
Momen paling monumental dalam sejarah perlawanan Indonesia adalah periode 1945-1949, ketika Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 menjadi tonggak bersejarah yang memicu perang kemerdekaan melawan Hindia Belanda.
Meskipun menghadapi berbagai rintangan, termasuk Agresi Militer Belanda I dan II, Indonesia berhasil mempertahankan kemerdekaannya setelah melalui perundingan yang sulit. Perlawanan ini dilakukan secara menyeluruh di kota-kota besar Indonesia, dari Bandung, Yogyakarta, hingga Surabaya.
Lewat berbagai perlawanan tersebut, terlihat bahwa perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme tidak hanya wilayah Pulau Jawa saja, melainkan juga daerah-daerah Indonesia lainnya. Sejarah perlawanan tersebut harus dijadikan sumber inspirasi bagi generasi muda untuk terus menjaga dan mempertahankan nilai-nilai kemerdekaan Indonesia.
Sumber: kompas.com, detik.com
Komentar