Daerah Nasional Peristiwa Sejarah Sosial
Beranda » Berita » Berbagai Ritual Ugamo Malim, Agama Asli Suku Batak

Berbagai Ritual Ugamo Malim, Agama Asli Suku Batak

Sumber: kompas.com

Ugamo Malim atau atau kepercayaan Malim merupakan agama pertama masyarakat suku Batak sebelum mengenal agama Protestan, Katolik, dan Islam, serta agama lainnya di Indonesia. Orang yang menganut kepercayaan ini disebut dengan seorang parmalim.

Kepercayaan Malim ini berawal dari masa kepemimpinan Si Singamangaraja XII. Berawal dari kematian Si Singamangaraja XII, dibangunlah sebuah tempat ibadah bagi parmalim yang dinamakan Bale Pasogit di Hutatinggi, Laguboti pada tahun 1921.

Makna Ugamo Malim

Masyarakat Batak meyakini aspek religius erat maknanya sebagai tanda kehidupan dan anugerah Mulajadi Nabolon. Mereka bersyukur dan berserah diri kepada sang pencipta sebagai sumber kehidupan.

Viral Perusakan Rumah Ibadah Diduga Gereja di Sukabumi

Dalam Ugamo Malim, terdapat berbagai ritual atau upacara persembahan kepada Mulajadi Nabolon. Mulai dari patik (persiapan perlengkapan), mang-ugamo-hon (persiapan ritual dan pelean) dan ugamo (penataan).

Parmalim sendiri adalah orang yang percaya serta menghayati agama Ugamo Malim. Nah, orang-orang yang ikut serta dalam persiapan pelaksanaan upacara ritual disebut “parugamo” atau “parugama”.

Dalam bahasa Batak, terdapat istilah “punguan” yang artinya sekumpulan orang yang melakukan kegiatan dengan satu kepentingan dan tujuan. Begitu juga dalam agama Ugamo Malim, perkumpulan penganut disebut Punguan Parmalim.

Ritual dan Kepercayaan Ugamo Malim

Mangan Napaet

Mangan napaet memiliki arti makan makanan pahit dalam bahasa Indonesia. Ritual ini merupakan sarana untuk mengakui kesalahan di masa lalu.

Viral Amplop Pernikahan Berisi Uang Mainan, Pengantin Baru Syok Saat Membuka Kado

Makanan pahit seperti biji anggir-anggir, daun pepaya, dan lainnya dimakan secara bersama-sama pada siang hari. Selanjutnya parmalim harus bisa menahan diri untuk tidak makan dan minum serta merokok selama seharian penuh.

Mararisabtu

Ini merupakan ritual peribadatan yang dilaksanakan setiap hari Sabtu tepat pukul 10.30. Ritual ini bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur atas berkat yang diberikan oleh Debata Mulajadi Nabolon. Biasanya ibadah ini dilakukan di Bale Partonggoan. Seluruh parmalim wajib mengikuti ritual ini.

Sipaha Lima

Ritual ini adalah sebagai bentuk rasa syukur atas berkat dari Debata Mulajadi Nabolon. Tradisi ini dilakukan pada bulan kelima dalam kalendek Batak (Parhalaan).

Panen pertama (matumona) adalah persembahan utama dalam ritual ini. Ritual ini dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut yaitu di tanggal 12 (Boraspatinitangkup), 13 (Singkora Purasa), dan 14 (Samisarapurasa) dan dilaksanakan di Bale Pasogit Hutatinggi.

Mamasumasu

Mamasumasu berarti memberkati perkawinan yang dilaksanakan di Bale Pasogit atau Bale Parsantian. Ritual ini akan dipimpin oleh Ihutan atau Ulu Punguan.

Pardebataan

Ritual ini dilakukan secara pribadi kepada Debata Mulajadi Nabolon yang bertujuan untuk meminta ampunan dan penebusan dosa serta syukuran.

Seorang parmalim akan mengancam status keparmalimannya jika mereka melakukan perbuatan menyimpang, untuk itulah mereka melakukan ritual ini. Mereka akan memberikan pelean atau sesaji yang diiringi dengan gondang sabangunan dan hasapi.

Ritual-ritual dalam Ugamo Malim memainkan peran penting dalam mempertahankan identitas budaya, memperkuat ikatan sosial, dan menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.

Meskipun terus terjadi modernisasi dan pengaruh agama-agama lain, tradisi Ugamo Malim tetap dijunjung tinggi oleh suku Batak sebagai bagian penting dari warisan budaya mereka yang kaya dan berharga.

 

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *