Hiburan
Beranda » Berita » Bertahan di Tengah Dunia Modern, Ini 8 Suku Paling Terisolasi di Dunia

Bertahan di Tengah Dunia Modern, Ini 8 Suku Paling Terisolasi di Dunia

Bertahan di Tengah Dunia Modern, Ini 8 Suku Paling Terisolasi di Dunia
Bertahan di Tengah Dunia Modern, Ini 8 Suku Paling Terisolasi di Dunia

Medan, HarianBatakpos.com – Suku paling terisolasi di dunia masih eksis di tengah era globalisasi. Di Indonesia sendiri, Suku Baduy dikenal karena mengisolasi diri dari dunia luar. Namun bukan hanya Indonesia, di berbagai belahan dunia lainnya, banyak komunitas adat yang memilih hidup tanpa kontak dengan dunia luar, bahkan menolaknya secara keras. Saat ini, diperkirakan ada sekitar 100 suku terisolasi yang diketahui, dan kemungkinan jumlahnya lebih banyak.

Keputusan komunitas-komunitas ini untuk tetap terisolasi bukan tanpa alasan. Mereka memilih jalan ini untuk melindungi tanah, budaya, dan kehidupan tradisional mereka. Kontak dengan dunia luar sering dianggap sebagai ancaman terhadap keberlangsungan hidup mereka. Fenomena suku paling terisolasi di dunia ini menjadi perhatian banyak pihak karena keberadaan mereka yang unik sekaligus rentan.

Berikut adalah daftar beberapa suku paling terisolasi di dunia yang masih bertahan dengan kehidupan tradisional dan menjauh dari dunia modern:

30+ Twibbon Idul Adha 2025 Terbaru dan Menarik untuk Dibagikan

1. Suku Sentinel, India

Suku Sentinel sering disebut sebagai komunitas paling terisolasi di dunia. Mereka menolak semua bentuk kontak luar dan bahkan menyerang siapa saja yang mencoba mendekat. Bahasa mereka masih menjadi misteri, bahkan oleh suku Andaman yang tinggal di pulau terdekat. Populasi mereka diperkirakan hanya sekitar 50-200 orang. Mereka bertahan hidup dengan berburu dan memancing secara tradisional.

2. Suku Yaifo, Papua Nugini

Papua Nugini adalah rumah bagi sekitar 40 suku yang belum tersentuh dunia luar. Salah satunya adalah suku Yaifo. Mereka sangat menghindari interaksi dengan pihak luar. Bahkan, seorang penjelajah Inggris sempat hilang saat mencoba menghubungi mereka, walau kemudian ditemukan selamat. Ada juga suku Korowai yang baru dikenal oleh antropolog Barat pada tahun 1970-an.

3. Suku Kawahiva, Brasil

Kawahiva dikenal sebagai “orang pendek” oleh suku tetangga. Mereka hidup nomaden di Amazon karena hutan tempat tinggal mereka terus mengalami penggundulan. Populasi mereka kemungkinan tidak lebih dari 30 orang. Mereka bertahan dengan berburu, mengumpulkan makanan, dan madu hutan.

4. Suku Moxihatetema, Brasil-Venezuela

Berada di dalam Cagar Alam Yanomami, suku ini memilih mengisolasi diri bahkan dari sesama suku Yanomami. Mereka menghadapi ancaman dari para penambang emas ilegal yang merusak lingkungan dan kerap menyebabkan konflik antar-suku.

Kumpulan Kata-Kata Idul Adha 2025 yang Cocok untuk Caption Medsos

5. Suku Mashco Piro, Peru

Peru memiliki sekitar 15 suku yang belum tersentuh, termasuk Mashco Piro. Mereka hidup tradisional dan menghindari kontak luar. Namun, ancaman industri minyak dan penebangan membuat mereka mulai terlihat lebih sering. Pemerintah memperkirakan populasi mereka kurang dari 800 orang.

6. Suku Ayoreo, Paraguay

Suku Ayoreo tinggal di hutan Chaco, Amerika Selatan. Mereka pernah berhadapan langsung dengan buldoser yang mereka anggap sebagai “makhluk logam”. Mereka terus hidup nomaden dan menghindari pengaruh luar.

7. Suku Awa, Brasil

Suku ini disebut sebagai suku paling terancam punah. Dari 600 anggota, hanya sekitar 100 yang masih mempertahankan gaya hidup nomaden di hutan Amazon. Mereka terus menghadapi ancaman kebakaran hutan dan pembalakan liar. Suku Guajajara turun tangan sebagai pelindung hutan untuk menjaga keberlangsungan hidup mereka.

8. Orang Palawan, Filipina

Di wilayah selatan Pulau Palawan, sekitar 40.000 orang masih hidup dalam kondisi minim kontak luar. Mereka melakukan perladangan berpindah sebagai cara pelestarian hutan, namun kini menghadapi tekanan dari aktivitas penambangan yang terus meningkat.

Fenomena keberadaan suku paling terisolasi di dunia ini membuka mata dunia tentang pentingnya melindungi hak-hak komunitas adat untuk hidup sesuai dengan pilihan mereka sendiri. Campur tangan yang tidak bijak hanya akan mempercepat punahnya budaya dan tradisi berharga ini.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *