Nasional
Beranda » Berita » Bertemu Wapres JK, MER-C Laporkan Kemajuan RS Persahabatan Indonesia Untuk Myanmar

Bertemu Wapres JK, MER-C Laporkan Kemajuan RS Persahabatan Indonesia Untuk Myanmar

Jakarta-BP:  Wakil Presiden Jusuf Kalla menerima Presidium Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) di kantornya, Jalan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Kamis (13/12). Dalam pertemuan itu, Presidium Medical Emergency Rescue Committee, Sarbini Abdul Mirad menjelaskan progres rumah sakit Indonesia untuk Myanmar di Myaung Bwe, Mrauk U, Rakhine State, Myanmar.

Sarbini menjelaskan pembangunan rumah sakit tersebut adalah bentuk bantuan dari Indonesia untuk negara yang berkonflik.

“Kita barusan ketemu Pak Wapres melaporkan progress pembangunan rumah sakit Indonesia di Myanmar atau Rumah Sakit Persahabatan Indonesia-Myanmar,” kata Sarbini usai bertemu JK di Kantor Wapres, Jalan Merdeka Utara, Kamis (13/12).

Kombes Dicky Sondani, Ini Profil Lengkap dan Jejak Kariernya

Rumah sakit tersebut sudah hampir rampung, sekitar 80 persen. Rencananya akan diresmikan Februari 2019. Rumah sakit tersebut adalah bentuk simbol pluralisme Indonesia, bantuan dari rakyat Indonesia diwakili Walubi, MER-C, dan PMI.

Menurutnya, Wapres JK mendukung pembangunan rumah sakit di Myanmar. Sebagai Ketua PMI, JK akan menawarkan water treatment untuk membantu masalah air jernih di sana.

“Sebab PMI punya alat sarana dan skill untuk di sana,” kata Sabini.

Dia tidak menampik ada beberapa kendala untuk membangun rumah sakit tersebut. Namun kendala tersebut dapat teratasi. Rumah sakit tersebut memiliki beberapa fasilitas yaitu 32 tempat tidur layaknya puskesmas di Indonesia.

Keputusan MA: Pengelolaan Hasil Sedimentasi Laut Terancam

Ketua Tim Pengadaan Alat Kesehatan RS Indonesia-Myanmar Ahyahudin Sodri menambahkan, rumah sakit tersebut terdiri dari ruang radiologi serta ruang bedah. Kemudian dia menjelaskan penangan medis juga dilakukan oleh pihak Myanmar. Namun tidak menutup kemungkinan dokter Indonesia akan bergabung.

“Kita coba apakah ada tenaga medis dari kita juga. Akhirnya ada sharing, atau ada pelatihan kita bawa kemari. Untuk melihat bagaimana dokter-dokter Indonesia menangani pasien tanpa diskriminasi. Tanpa ada perbedaan agama , dan kita harus pegang dengan pluralisme Indonesia, Bhineka Indonesia filosofisnya itu,” kata Ahyahudin.

 

(Merdeka) BP/JP

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *