HarianBatakpos.com – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengungkapkan upaya keras BI untuk meredakan tekanan terhadap nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), dengan target menurunkannya di bawah Rp16 ribu.
Pada Taklimat Media dengan topik “Perkembangan Ekonomi Terkini” di Gedung Thamrin, Jakarta, Rabu kemarin, Perry Warjiyo menyatakan, “Nilai tukar rupiah waktu kita mengambil keputusan kebijakan moneter, RDG (Rapat Dewan Gubernur bulan April 2024), itu kan sekitar Rp16.300an, sekarang sekitar Rp16 ribuan, dan kita sedang upayakan akan turun di bawah Rp16 ribu.”
Menurutnya, nilai tukar rupiah diperkirakan akan terus menguat sesuai dengan fundamental yang ada. Adapun empat faktor yang diharapkan mendukung peningkatan dan stabilitas kurs tersebut.
Pertama, Perry mengungkapkan bahwa imbal hasil (yield differential) menjadi menarik berkat kenaikan BI-Rate dan suku bunga Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Faktor kedua adalah penurunan premi risiko yang terlihat dari penurunan Credit Default Swap (CDS) 5 tahun Indonesia per 7 Mei 2024.
“CDS itu apa sih? Itu ukuran premi risiko yang dipakai oleh para investor asing untuk membandingkan berinvestasi di US Treasury, obligasi Amerika, dengan obligasi atau sekuritas di dalam negeri,” jelas Perry.
Lebih lanjut, faktor ketiga adalah prospek ekonomi Indonesia yang lebih baik, sementara yang keempat adalah komitmen BI dalam menstabilkan nilai tukar rupiah. “Nilai tukar ini kami sedang upayakan agar turun di bawah Rp16 ribu,” tegas Perry.
Dalam laporannya, Perry juga menyebutkan bahwa terjadi aliran modal asing ke SRBI sebesar Rp19,77 triliun sejak Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI terakhir pada 22-23 April 2024. Hal ini mengindikasikan peningkatan kepercayaan investor yang pada gilirannya memperkuat nilai tukar rupiah.
Detailnya, aliran masuk modal asing ke SRBI mencapai Rp16,19 triliun pada pekan pertama dan Rp3,58 triliun pada pekan kedua bulan Mei 2024. Sementara itu, untuk Surat Berharga Nasional (SBN), tercatat inflow sebesar Rp8,1 triliun, dengan rincian Rp5,74 triliun pada pekan pertama dan Rp2,36 triliun pada pekan kedua bulan Mei 2024.
Meskipun demikian, terdapat outflow saham sebesar Rp5,03 triliun pada pekan pertama dan kedua bulan Mei 2024. Namun, Perry optimis bahwa saham akan menunjukkan peningkatan seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin membaik.
Komentar