Ekbis
Beranda » Berita » BI Prediksi Suku Bunga The Fed Turun Dua Kali pada 2025

BI Prediksi Suku Bunga The Fed Turun Dua Kali pada 2025

BI Prediksi Suku Bunga The Fed Turun Dua Kali pada 2025
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI di Jakarta (Foto: CNBC Indonesia)

Jakarta, harianbatakpos.com – Bank Indonesia (BI) memproyeksikan bahwa suku bunga The Fed akan mengalami penurunan sebanyak dua kali pada tahun 2025. Masing-masing penurunan diperkirakan sebesar 50 basis poin (bps), sehingga berada di level 4 persen, dan akan kembali turun ke 3,5 persen pada akhir tahun 2026. Prediksi ini disampaikan oleh Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI DPR RI, Jumat (4/7).

Penurunan suku bunga ini merupakan respons atas inflasi Amerika yang cenderung menurun meski perlahan. Dalam konteks ekonomi global saat ini, penyesuaian suku bunga Amerika Serikat menjadi faktor penting yang berdampak langsung pada stabilitas keuangan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Namun, Perry menambahkan bahwa defisit fiskal Amerika Serikat diproyeksikan meningkat dari 6,4 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tahun ini menjadi 7 persen pada 2026. Kenaikan defisit ini mendorong yield obligasi pemerintah AS tetap tinggi, bahkan diperkirakan mencapai 4,7 persen pada kuartal I-2026. Hal ini tentu akan berdampak pada yield Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia dan strategi pembiayaan fiskal dalam negeri.

Laba Bersih Bank Sumut Naik Jadi Rp 372 Miliar per Juni 2025

Sementara itu, dari sisi nilai tukar, Perry mencatat bahwa kekuatan dolar AS mulai melemah dalam beberapa waktu terakhir. Investor global mulai mengalihkan aset dari Amerika ke instrumen yang lebih stabil seperti emas serta keuangan di pasar negara berkembang (emerging markets). Ini menciptakan dinamika baru pada nilai tukar rupiah yang harus diwaspadai.

“Volatilitas nilai tukar dan aliran portofolio sangat sensitif terhadap ketidakpastian global dan ketegangan geopolitik,” kata Perry. Ia juga menyoroti tantangan akibat kebijakan tarif dari AS dan eskalasi konflik di Timur Tengah yang memicu ketidakstabilan di pasar keuangan global.

Pertumbuhan ekonomi global diprediksi stagnan di kisaran 3 persen pada 2026, dan negara-negara mitra dagang utama Indonesia seperti Amerika, Eropa, Jepang, dan Tiongkok menunjukkan tren perlambatan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan menurun dari 2,1 persen menjadi 1,8 persen di 2026, bahkan disertai risiko resesi. Eropa dan Jepang juga masih mengalami tekanan, sementara pertumbuhan Tiongkok diperkirakan turun dari 4,3 persen ke 4,1 persen.

Namun demikian, India diprediksi menjadi satu-satunya negara mitra dagang utama yang menunjukkan pertumbuhan kuat, yakni sekitar 6,6 persen pada 2025 dan 2026.

IHSG Hari Ini Menguat ke 6.899, Saham Unggulan Juga Naik

Perry menegaskan, kondisi ekonomi global yang penuh tantangan ini menuntut Indonesia untuk memperkuat ketahanan ekonomi nasional, terutama melalui penguatan ekspor dan kestabilan pasar keuangan. Stabilitas nilai tukar dan pasar obligasi harus dijaga, sambil tetap memberikan stimulus fiskal dan moneter yang mendukung pertumbuhan sektor riil, salah satunya lewat program Asta Cita.

Dapatkan berita ekonomi terkini, prediksi suku bunga terbaru, serta update nilai tukar rupiah di saluran harianbatakpos.com melalui WhatsApp:
https://whatsapp.com/channel/0029VbAbrS01dAwCFrhIIz05

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *