BNPB: Sukabumi Alami 132 Longsor Dalam 10 Tahun Terakhir

Jakarta-BP: Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan mayoritas wilayah di Sukabumi, Jawa Barat, berada pada potensi sedang hingga rawan tanah bergeser atau longsor.

BNPB mencatat dalam 10 tahun terakhir atau sejak 2009 hingga 2018, ada 132 longsor yang terjadi di daerah itu.

"Selama 10 tahun terakhir, bencana longsor merupakan yang terbanyak terjadi di Sukabumi," ujar Sutopo di Kantor BNPB, Jakarta, Rabu (2/1).

Sutopo menerangkan bencana lainnya yang terjadi di Sukabumi dari 2009-2018 yakni angin puting beliung 49 kali, banjir 44 kali, gempa bumi 5 kali, kekeringan 5 kali, gelombang pasang/abrasi 2 kali, kebakaran hutan dan lahan 1 kali.

Selain Sukabumi, kata Sutopo, ada 274 kabupaten/kota di Indonesia juga berpotensi longsor dalam kategori sedang-tinggi.

"Jumlah penduduk terpapar dari bahaya sedang-tinggi longsor 40,9 juta orang," kata dia.

Kampung Cimapag, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Sukabumi dilanda longsor di pengujung tahun 2018, tepatnya pada 31 Desember lalu. Longsor yang terjadi sekitar pukul 17.30 WIB itu menimbun 30 rumah warga desa.

Data terbaru BNPB hari ini mencatat korban tewas akibat longsor di Sukabumi mencapai 15 orang. Dari jumlah itu 11 di antaranya telah teridentifikasi.

Sementara, 20 orang lain yang masih hilang terus dicari. Sebanyak 63 orang dinyatakan selamat dari bencana tersebut.

"Dari 101 jiwa yang tertimbun tercatat 63 orang selamat, 3 orang luka-luka dan dirujuk ke RS Pelabuhan Ratu, 15 orang meninggal dunia dan 20 orang masih dalam pencarian," ujar Sutopo dalam keterangan tertulis.

Kurikulum Pendidikan Bencana

Sutopo mengatakan BNPB juga meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) agar mempertimbangkan kembali rencana memasukkan Pendidikan Kebencanaan ke dalam Pendidikan Karakter.

BNPB menyarankan Pendidikan Kebencanaan masuk sebagai muatan loka (mulok). Dengan Pendidikan Kebencanaan siswa/siswi diharapkan belajar mengenai keterampilan gladi, simulasi dan latihan penanggulangan bencana.

"Menurut kami, kalau dimasukkan ke dalam Pendidikan Karakter tidak akan fokus sebab di dalam Pendidikan Karakter sudah terlalu banyak muatannya seperti narkoba, terorisme, dan bela negara," kata Sutopo.

(CnnIndonesia) BP/JP

Penulis:

Baca Juga