Jakarta-BP: Bos Lion Air Group Rusdi Kirana buka-bukaan soal pesanaan perseroan terhadap 280 unit pesawat dari Boeing untuk jenis 737-8 Max. Salah satu unit pesawat tersebut kemarin jatuh di perairan sekitar Karawang dan belum diketahui penyebabnya.
Rusdi mengemukakan, baru 11 unit yang datang dari total pesanan sebanyak 280 unit tersebut. Ia mengatakan perusahaan belum memutuskan untuk menunda atau membatalkan pemesanan tersebut terkait kecelakaan JT 610 yang memakan 189 korban jiwa itu.
“Kita lihat hasil [investigasi] dulu. Apalagi kita lihat kan ini pesawat generasi terakhir karena pesawat Next Gen yang selama ini ada kan sudah tidak diprpduksi mulai akhir tahun ini,” kata Rusdi usai bertemu keluarga korban di Crisis Center Lion Air Hotel Ibis Jakarta Sentral Cawang, Selasa (30/10/2018).
“Kan kalau awal kita tidak bisa mengatakan siapa yang salah sampai menemukan black boxnya baru kita tahu apa penyebab utamanya.”
Ia mengklaim jenis pesawat tersebut memberikan kenyamanan bagi penumpang sekaligus memberikan efisiensi alias lebih irit bahan bakar ketimbang generasi sebelumnya. Rusdi meyakini kesalahan yang terjadi dari pesawat tersebut masih bisa diperbaiki.
“Karena sifatnya transportasi kalau salah diperbaiki, tidak ada yang bicara semua perfect. kita tidak bisa terlalu awal berspekulasi kita tunggu dulu hasil investigasi. Inspektor senior Boeing juga sudah datang [untuk melakukan pemeriksaan].”
Selain itu, Rusdi menyebut perusahaan tidak menutup rute terjadinya kecelakaan karena persoalan rute tidak berkaitan dengan masalah keamanan. Ia juga mengatakan operasional perusahaan tetap berjalan seperti biasanya.
“Kalau bicara safety, kita punya standar perusahaan IOSA (IATA Operational Safety Audit), itu sertifikasi tertinggi untuk bidang keselamatan. Mungkin airlines yang punya IOSA jarang,” paparnya.
“Kita juga punya training center, simulator, banyak untuk training, bahkan orang luar training di tempat kita. Jadi penyebabnya apakah pilot, pesawat, apakah udara atau pihak ketiga atau sumbangsih siapa, itu terlalu awal untuk kita bicarakan karena kita harus tunggu investigasi.”
(CnbcIndonesia) BP/JP
Komentar