Pada perdagangan Senin (15/4/2024), bursa saham Asia Pasifik mengalami penurunan tajam seiring meningkatnya ketegangan geopolitik setelah serangan Iran ke Israel pada akhir pekan lalu. Serangan tersebut telah menciptakan ketidakpastian baru di pasar global, dengan pelaku pasar mencerna potensi dampaknya terhadap stabilitas regional dan harga minyak dunia.
Dikutip dari CNBC, serangan yang melibatkan lebih dari 300 drone dan rudal tersebut membuat Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menyatakan bahwa kejadian ini belum pernah terjadi sebelumnya. AS bersiap untuk campur tangan dalam konflik ini dengan tujuan memberikan dukungan kepada Israel. Sentimen dari serangan tersebut turut mempengaruhi pergerakan harga minyak, di mana harga minyak mentah berjangka Brent mengalami kenaikan tipis sebesar 0,02 persen ke posisi USD 90,47 per barel, sementara harga minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) mengalami pelemahan sebesar 0,13 persen ke posisi USD 85,55.
Selain itu, fokus investor juga tertuju pada data ekonomi yang dirilis oleh negara-negara kunci di kawasan ini. India dijadwalkan merilis data inflasi grosir untuk bulan Maret, sementara China akan mengumumkan Produk Domestik Bruto (PDB) untuk kuartal pertama. Jepang juga akan merilis data perdagangan dan angka inflasi pada minggu ini.
Dampak dari ketegangan geopolitik tersebut sangat terasa di pasar saham Asia. Di Jepang, Indeks Nikkei 225 merosot 1,28 persen, sementara Indeks Topix melemah 0,97 persen. Di Korea Selatan, Indeks Kospi turun 0,92 persen, disusul dengan anjloknya Indeks Kosdaq sebesar 1,58 persen. Sedangkan di Australia, meskipun mengalami penurunan tipis sebesar 0,14 persen, indeks ASX 200 mengalami koreksi paling kecil dibandingkan dengan bursa saham lainnya di kawasan Asia.
Namun, di tengah ketegangan geopolitik tersebut, bursa saham Amerika Serikat (AS) justru mengalami kenaikan pada perdagangan sebelumnya. Indeks Dow Jones berjangka naik 90 poin atau 0,2 persen, sementara Indeks S&P 500 bertambah 0,2 persen, dan Indeks Nasdaq menguat sebesar 0,3 persen.
Selain itu, harga emas berjangka mengalami pelemahan menjadi USD 2.373 per ounce, meskipun pada pekan sebelumnya harga emas batangan mencatat rekor tertinggi dan telah naik sebesar 15 persen sepanjang tahun 2024. Investor masih mencari keamanan dalam investasi di emas di tengah tingginya inflasi dan ketegangan geopolitik yang terus berlanjut.
Komentar