“Self love is a kind of love,” demikian pernyataan seorang kreator konten, Jianhao Tan, dalam serial film pendek Titan Academy. Di tengah kerasnya tekanan hidup dan ketatnya persaingan antarinsan, mengakui dan menyayangi orang lain itu penting. Akan tetapi, melupakan perhatian dan kasih sayang terhadap diri sendiri jangan sampai terjadi.
Sebagai rasa syukur atas berkat yang diberikan oleh Sang Pencipta, bahkan boleh dibilang apa yang kita miliki saat ini sebenarnya hanyalah titipanNya, sudah selayaknya dan seharusnya kita mengasihi sesama kita tanpa mengharapkan pamrih. Agar bisa bersikap adil dan tidak memicu standar ganda, mengasihi sesama ini dilakukan seperti mengasihi diri sendiri dan tak jarang pengambilan keputusan mementingkan kepentingan bersama dibandingkan terhadap kepentingan pribadi.
Harapannya, tercipta dunia yang aman, tenteram, dan nyaman untuk kita semua. Dunia yang jauh dari kesedihan, kejahatan, ketidakadilan, dan kesenjangan sosial dengan semua manusia saling memandang sesamanya setara. Kenyataannya, jangankan cinta diri yang berlebihan, banyak orang tanpa sadar lupa untuk mencintai dan malah menyiksa sampai menyakiti dirinya sendiri. Jika sudah demikian, bagaimana kita bisa berharap mereka mengasihi sesamanya dengan baik tanpa mengharapkan balasan?
Dalam suatu self-assessment terkait kesehatan mental, ada tiga hal yang menjelaskan bagaimana seseorang bisa mencintai dirinya sendiri. Pertama, orang tersebut bisa menikmati dan mengapresiasi hari-harinya sebagai hari yang menyenangkan terlepas baik dan buruknya hal-hal yang dihadapi hari itu. Kedua, orang tersebut bisa memandang dirinya sebagai pribadi yang berharga terlepas bagaimana prestasinya dibandingkan terhadap prestasi orang lain dan pandangan orang lain terhadap keberadaan hidupnya. Ketiga, orang tersebut memiliki rasa kecemasan yang wajar terhadap masa depannya sehingga tetap bisa mengambil keputusan secara rasional.
Bentuk tindakan yang paling jelas menunjukkan bahwa seseorang tidak mencintai dirinya sendiri adalah usaha untuk melukai diri atau bahkan melenyapkan nyawanya sendiri. Ketika mempelajari sosiologi semasa menjadi pejuang OSN IPS saat SMP, saya menemukan bahwa salah satu masalah sosial yang paling kompleks adalah bunuh diri. Sebagian pelakunya merasa dirinya tidak lagi berharga karena terus menjadi korban cemooh dan perundungan dari orang-orang di sekitarnya, tanpa mampu memandang sisi positif lagi dari hidupnya secara objektif. Sebagian lagi merasa mengalami masalah yang berat dan tidak menilai dirinya mampu menyelesaikannya sehingga bertahan hidup akan menambah berat masalah ke depannya, bahkan mungkin menjadi beban bagi orang-orang di sekitarnya.
Kesabaran menghadapi diri sendiri diperlukan dengan memahami apa yang menjadi batasan diri dan kebutuhan diri sehingga menetapkan ekspektasi secara realistis. Ada kalanya waktu yang dimiliki tidak dapat digunakan untuk berjuang mencari pendapatan, prestasi, atau pengembangan diri. Ada kalanya tubuh kita membutuhkan waktu untuk sekadar beristirahat dan bersenang-senang.
Kepercayaan diri dalam menjalani hidup akan membentuk pribadi yang kuat dengan motivasi yang senantiasa positif dan mampu bertahan menghadapi orang lain. Selama apa yang ada dan dilakukan saat ini sudah cukup baik dan memuaskan, kita tidak perlu mengikuti seluruh pendapat orang lain dan menyeimbangkannya dengan hasil refleksi diri sendiri. Menerima kesalahan dan kekurangan dalam setiap tindakan sebagai pembelajaran untuk menjadi pribadi yang lebih baik, bukan malah menghukum diri karena gagal sebagai mencapai kesempurnaan, membuat kita lebih mampu bersyukur, tidak mudah dipengaruhi oleh pandangan orang lain termasuk melalui media sosial, dan perlahan dipandang lebih positif di lingkungan sekitar kita.
Kepercayaan diri ini harus dilatih sejak kecil dan menjadi lebih baik jika didukung oleh orang-orang terdekat. Seorang pelajar dengan nilai terkait pelajaran sains yang biasa-biasa saja tetapi memiliki kelebihan terkait seni dan olahraga tidak perlu merasa minder terhadap juara kelas yang pandai soal sains, tetapi tetap tidak menutup mata terhadap peluang untuk meningkatkan kemampuan diri. Dalam berpenampilan, selama tubuhnya sehat dan bersih dengan pakaian yang bersih, layak pakai, dan sopan, kebebasan dalam berpakaian dan berpenampilan boleh dilakukan tanpa harus mengikuti standar kecantikan orang lain.
Mengurangi dan menghilangkan keraguan dalam diri, diikuti dengan menghindari memandang buruk diri sendiri itu penting. Bukan berarti kita menilai positif diri secara berlebihan dan abai terhadap pandangan orang lain, melainkan berpikir secara kritis dan matang sebelum bertindak dan meyakini arah hidup yang dijalani selama masih prospektif meskipun dipandang pesimis oleh orang lain. Misalnya, mahasiswa program sarjana matematika di masa lampau tak jarang dipandang sebelah mata dengan masa depan yang dianggap terbatas menjadi pengajar matematika, ketika kemampuannya sekarang menjadi salah satu yang paling diincar khususnya terkait analisis data dan aktuaria.
Apresiasi diri menjadi hal yang penting sekecil apapun itu. Pertama, sesekali memberikan hadiah kepada diri sendiri berupa hal yang disukai atau diinginkan tentu pantas selama tidak memberatkan keuangan. Sayang keluarga dan menabung untuk masa depan itu penting, tetapi jangan lupa menyayangi diri sendiri. Jika memungkinkan, meluangkan waktu sendiri alias me time pun tidak masalah. Kedua, mulai berani untuk berkata tidak ketika kita tidak harus berkata iya atas permintaan orang lain agar tidak terus-terusan menjadi people pleaser. Hal ini mengapresiasi keberadaan kita sebagai manusia merdeka dengan kebebasannya, meskipun tetap harus berhati-hati dan menggunakannya dengan penuh tanggung jawab.
Jangan sampai melupakan diri sendiri dan membiarkan orang lain menguasai diri kita lebih dari diri kita sendiri. Memahami dan menyayangi diri sendiri itu penting dan baik selama tidak berlebihan dan menjadi egois alias selfish. Seperti kata NAIF dalam salah satu lagu terakhirnya, orang lain akan sulit untuk memahami dan menyayangi kita bila kita tidak mengenal dan menyayangi diri kita sendiri. Apalagi untuk menyayangi orang lain, bagaimana caranya? Latih diri untuk menyayangi diri sendiri dari sekarang.
Christian Evan Chandra
Seorang alumni FMIPA Universitas Indonesia yang kini pekerjaan utamanya adalah analis aktuaria di industri asuransi jiwa. Di waktu senggangnya, membagikan unek-unek melalui tulisan.
Komentar