Di berbagai belahan dunia, sejarah mencatat bahwa kekuasaan seorang presiden tidak selalu berlangsung lancar dan aman. Beberapa di antara mereka harus merasakan pahitnya ditumbangkan oleh kekuatan rakyat yang menuntut perubahan.
Banyak pemimpin dunia dimakzulkan atau dipaksa mengundurkan diri dari jabatannya. Rata-rata karena terlibat skandal korupsi dan pelanggaran hukum lain. Namun, ada juga kepala negara yang dimakzulkan sebagai hasil konspirasi politik dengan mengumbar tuduhan palsu.
Hosni Mubarak (Mesir)
Pada tahun 2011, Hosni Mubarak, yang telah memerintah Mesir selama hampir tiga dekade, mengundurkan diri setelah gelombang protes massal yang disebut sebagai Revolusi Mesir 2011. Rakyat Mesir menuntut reformasi politik, ekonomi, dan sosial, yang akhirnya menggulingkan rezim otoriter Mubarak.
Suharto (Indonesia)
Suharto, yang menjadi presiden Indonesia selama 32 tahun, mengundurkan diri pada tahun 1998 setelah tekanan besar dari gerakan reformasi dan protes massa di seluruh negeri. Protes tersebut dipicu oleh krisis ekonomi yang parah dan tuntutan untuk reformasi politik.
Nicolae Ceaușescu (Rumania)
Pada tahun 1989, Revolusi Rumania mengakhiri rezim komunis Nicolae Ceaușescu. Setelah puluhan tahun berkuasa dengan tangan besi, Ceaușescu dan istrinya dieksekusi setelah diadili oleh pengadilan revolusioner.
Muammar Gaddafi (Libya)
Setelah berkuasa selama lebih dari empat dekade, Muammar Gaddafi dijatuhkan oleh pemberontakan berskala besar pada tahun 2011, yang dipicu oleh gelombang revolusi Arab di Timur Tengah dan Afrika Utara. Pada akhirnya, Gaddafi ditangkap dan dieksekusi oleh pemberontak.
Manuel Zelaya (Honduras)
Pada tahun 2009, Presiden Honduras Manuel Zelaya digulingkan dalam kudeta militer yang dipicu oleh ketegangan politik internal terkait dengan rencananya untuk mengubah konstitusi. Meskipun dikecam oleh banyak negara, Zelaya dipaksa meninggalkan negaranya.
Ferdinand Marcos (Filipina)
Setelah lebih dari dua dekade berkuasa di Filipina, Ferdinand Marcos diusir dari negaranya pada tahun 1986 setelah Revolusi EDSA, yang merupakan serangkaian protes massa dan pemberontakan militer yang menuntut pengunduran dirinya karena penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi.
Viktor Yanukovych (Ukraina)
Pada tahun 2014, Viktor Yanukovych melarikan diri dari Ukraina setelah Revolusi Euromaidan, sebuah gerakan protes massal yang dipicu oleh keputusannya untuk membatalkan perjanjian perdagangan dengan Uni Eropa dan menganut kebijakan pro-Rusia. Revolusi tersebut menyebabkan pergantian kekuasaan di negara itu.
Jean-Bertrand Aristide (Haiti)
Pada tahun 2004, Jean-Bertrand Aristide digulingkan dari jabatannya sebagai Presiden Haiti setelah tekanan internal dan eksternal yang dipicu oleh ketidakstabilan politik, tuduhan korupsi, dan kekerasan sipil.
Dari daftar ini, kita dapat melihat bagaimana kekuatan rakyat bisa menjadi kekuatan yang sangat penting dalam mengubah arah politik suatu negara. Meskipun jalan menuju perubahan sering kali penuh dengan tantangan dan risiko, keberanian rakyat untuk menghadapi tirani dan otoritarianisme telah membawa harapan baru untuk masa depan yang lebih demokratis dan adil.
Sumber: international.sindonews.com
Komentar