Medan, HarianBatakpos.com – Korea Selatan mengalami kenaikan angka kelahiran untuk pertama kalinya dalam satu dekade. Data terbaru dari badan statistik negara tersebut menunjukkan bahwa tingkat kelahiran per 1.000 perempuan di tahun 2024 mencapai 4,7. Selain itu, tingkat kesuburan, yang mengukur jumlah rata-rata bayi yang diharapkan dimiliki seorang perempuan dalam hidupnya, juga meningkat dari 0,72 menjadi 0,75. Ini adalah kabar baik di tengah krisis demografi yang telah melanda Korea Selatan selama sepuluh tahun terakhir.
Kenaikan angka kelahiran ini, yang tercatat sebanyak 238.300 bayi, meningkat 8.300 (3,6 persen) dibandingkan tahun sebelumnya. “Jumlah kelahiran pada 2024 adalah 238.300, meningkat 8.300 (3,6 persen) dari tahun sebelumnya,” ungkap laporan yang dikutip AFP. Kenaikan ini mungkin terkait dengan peningkatan jumlah pernikahan pasca-pandemi COVID-19. Petugas statistik Park Hyun Jeong menyatakan, “Populasi telah mengalami peningkatan yang signifikan pada jumlah orang yang berusia awal 30-an.”
Walaupun demikian, usia rata-rata ibu saat melahirkan di Korea Selatan pada tahun 2024 mencapai 33,7 tahun. Pemerintah Korea Selatan telah berinvestasi miliaran dolar untuk meningkatkan tingkat kelahiran melalui subsidi tunai, layanan mengasuh anak, dan dukungan untuk perawatan infertilitas. Namun, tantangan tetap ada. Biaya merawat anak yang tinggi, harga properti yang melambung, dan persaingan di pasar kerja menjadi faktor penghambat, dikutip dari cnbcindonesia.com.
Dampak dari penurunan populasi ini sangat nyata. Sebanyak 49 sekolah dasar hingga menengah atas ditutup tahun ini karena kekurangan siswa, dengan 88 persen dari sekolah-sekolah tersebut terletak di provinsi di luar ibu kota Seoul. Ini menunjukkan betapa mendesaknya masalah demografi yang dihadapi oleh Korea Selatan saat ini.
Dengan adanya kenaikan angka kelahiran ini, diharapkan Korea Selatan dapat memulai langkah ke arah pemulihan demografi yang berkelanjutan.
Komentar