Medan, HarianBatakpos.com – Hancurnya Gaza, Lebanon, dan Suriah merupakan dampak langsung dari serangan Israel terhadap militan yang didukung oleh Iran.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengklaim bahwa serangan tersebut telah memicu reaksi berantai yang mengubah wajah kawasan Timur Tengah.
Dalam pidatonya, Netanyahu menyebut kelompok Hamas di Jalur Gaza, Hizbullah di Lebanon, serta sejumlah militan di Suriah dan Irak sebagai bagian dari “poros perlawanan” yang didukung Iran, dikutip dari Tribunnews.com.
Menurut Netanyahu, kekacauan yang terjadi saat ini merupakan respons terhadap serangan Israel yang diawali oleh Operasi Banjir Al-Aqsa yang diluncurkan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023.
“Peristiwa bersejarah yang kita saksikan hari ini adalah reaksi berantai,” ungkapnya. Ia menekankan bahwa serangan Israel bertujuan untuk mengatasi ancaman dari kelompok-kelompok tersebut.
Pernyataan Netanyahu juga mencakup runtuhnya kekuasaan Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang telah menjadi sekutu Iran. Dengan jatuhnya rezim Assad, Iran kehilangan jalur penting untuk mendukung militan seperti Hizbullah.
“Yang dilakukan Israel hanyalah mempertahankan negaranya, namun melalui hal tersebut kita membela peradaban dalam menghadapi kebrutalan,” tambahnya.
Data menunjukkan bahwa jumlah korban di Jalur Gaza terus meningkat, dengan lebih dari 44.835 jiwa tewas dan 106.356 lainnya terluka sejak 7 Oktober 2023.
Israel mengklaim bahwa mereka juga menghadapi ancaman dari kelompok perlawanan Palestina.
Dalam konteks ini, Netanyahu berusaha meyakinkan rakyat Iran bahwa mereka berada di bawah ancaman rezim yang tidak hanya mengancam keamanan Israel, tetapi juga kesejahteraan rakyat Iran.
Dengan situasi yang semakin kompleks ini, penting untuk memahami bahwa tindakan militer tidak hanya berdampak pada satu negara, tetapi dapat menciptakan efek domino yang luas di seluruh kawasan.
Komentar