HarianBatakpos,com, JAKARTA – BP: Ketegangan konflik bersenjata di berbagai belahan dunia terus memperburuk nasib anak-anak, menjadi perhatian serius bagi masyarakat internasional. Ahmet Yildiz, Duta Besar Turki untuk PBB, dengan tegas mengungkapkan keprihatinannya atas kondisi anak-anak yang terkena dampak paling buruk dari kekerasan bersenjata yang tak kenal ampun.
Pada Kamis (27 Juni 2024), dalam pernyataannya, Dubes Ahmet Yildiz menyoroti perlunya perlindungan yang lebih besar terhadap anak-anak yang terlibat dalam konflik bersenjata. Dia mengutip laporan terbaru dari Sekretaris Jenderal tentang Anak-anak dan Konflik Bersenjata yang menunjukkan lonjakan dramatis dalam pelanggaran hak anak di berbagai front, terutama di Israel dan Palestina yang mengalami peningkatan sebesar 155 persen dalam pelanggaran berat.
“Saya sangat prihatin dengan kondisi anak-anak yang terkena dampak negatif yang tidak proporsional akibat konflik bersenjata di seluruh dunia,” ujar Yildiz dengan nada prihatin. Dia menegaskan bahwa anak-anak terus menjadi korban utama yang harus diutamakan dalam upaya penanganan konflik internasional, seperti disadur dari laman Suara.com.
Perhatian khusus juga dilayangkan terhadap konflik di Gaza, di mana kekejaman dan pelanggaran hak asasi manusia telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Yildiz menyampaikan bahwa jumlah pelanggaran yang dilaporkan mungkin hanya sebagian kecil dari kenyataan yang sebenarnya, mengingat kompleksitas dan ketegangan yang melanda daerah tersebut.
“Anak-anak Palestina membutuhkan solusi yang berkelanjutan, termasuk gencatan senjata permanen, akses bantuan kemanusiaan tanpa hambatan, dan pemulihan pendidikan yang telah terganggu,” tegasnya.
Tidak hanya di Timur Tengah, konflik di Suriah juga menunjukkan dampak serius terhadap anak-anak, dengan pemerintahan rezim Assad dan kelompok teroris seperti PKK/YPG dan SDF menjadi pelaku utama pelanggaran hak anak. Yildiz menyoroti laporan dari Komisi Penyelidikan Internasional Independen Republik Arab Suriah yang menegaskan bahwa tindakan kekerasan dan kejahatan yang dialami anak-anak Suriah merupakan dampak nyata dari aksi teroris tersebut.
“Organisasi teroris ini jelas-jelas melanggar komitmen internasional yang telah disepakati, dan harapan untuk membatasi tindakan mereka adalah sebuah tantangan nyata,” paparnya dengan nada serius.
Di Ukraina, konflik yang sedang berkecamuk juga menimbulkan keprihatinan mendalam terhadap kondisi anak-anak. Yildiz menekankan bahwa Turki, melalui kerja sama dengan UNICEF, telah berusaha maksimal untuk memberikan perlindungan kepada hampir 2.000 anak yatim piatu dan pengasuh mereka sejak Maret 2022. Upaya ini mencerminkan komitmen Turki dalam mendukung agenda PBB yang memprioritaskan perlindungan anak-anak di tengah konflik bersenjata.
“Tindakan Turki tidak hanya mencakup upaya penampungan fisik, tetapi juga dukungan penuh terhadap upaya pencegahan dan rehabilitasi bagi anak-anak yang terdampak langsung oleh konflik,” tambahnya.
Kesimpulannya, Yildiz menegaskan bahwa upaya perlindungan terhadap anak-anak dalam situasi konflik bersenjata harus menjadi prioritas global. Dia mengajak semua pihak untuk berkomitmen secara serius dalam menanggapi dan menyelesaikan konflik dengan cara yang mengutamakan kemanusiaan, terutama dalam perlindungan hak-hak anak yang rentan menjadi korban dalam konteks konflik internasional.
Dalam konteks yang lebih luas, pernyataan Yildiz mencerminkan panggilan moral untuk menegakkan keadilan dan kemanusiaan di tengah tantangan global yang semakin kompleks. Konflik bersenjata tidak hanya menghancurkan infrastruktur fisik, tetapi juga merusak masa depan generasi muda yang seharusnya dilindungi dan diberikan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dengan aman.
Dengan demikian, perhatian terhadap anak-anak dalam konteks konflik bersenjata harus menjadi prioritas bersama bagi masyarakat internasional. Setiap langkah yang diambil harus memastikan bahwa hak anak untuk hidup, berkembang, dan berpartisipasi dalam masyarakat terlindungi sepenuhnya, tanpa terkecuali.
Komentar