Opini
Beranda » Berita » Darurat Perundungan: Orang Tua Perlu Waspada!

Darurat Perundungan: Orang Tua Perlu Waspada!

Darurat Perundungan: Orang Tua Perlu Waspada!
Darurat Perundungan: Orang Tua Perlu Waspada!

Akhir-akhir ini nyaris di setiap daerah perundungan terjadi. Terutama dikalangan anak-anak dan remaja yang semakin hari semakin miris untuk disaksikan. Perundungan pun bukan hanya sekadar dunia nyata, tetapi juga dunia maya. Mirisnya lagi perundungan sengaja direkam lalu disebar ke dunia maya.

Perundungan memang bukan hal baru. Sejak dulu hingga sekarang perundungan memang sering terjadi. Oleh sebab itu, harus ada penanganan khusus untuk menghadapi perundungan ini.

Ada banyak jenis perundungan yang dilakukan oleh pelaku perundungan, baik itu verbal, kekerasan, emosi dan lain sebagainya. Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan, ada apa sebenarnya yang terjadi di dunia anak-anak dan remaja kita?

Cara Menghitung Matematika dengan Baik dan Benar, 90+6= 96 Bukan 99!

Mengapa mereka melakukan perundungan terhadap teman sebaya mereka?

Perundungan memang bukan perkara sederhana, bukan pula perkara siapa yang salah dan siapa yang benar. Perundungan adalah masalah bersama yang memang sudah selayaknya diselesaikan secara bersama-sama pula.

Satu di antara caranya adalah dengan membekali anak-anak dan remaja kita tentang perundungan itu sendiri. Untuk mencegah perundungan, ada baiknya anak-anak dan remaja dibekali dengan beragam pengetahuan yang berkaitan dengan perundungan. Terutama saat mereka di rumah. Di mana anak-anak dibekali dengan ilmu pengetahuan tentang rasa tolenransi, menghormati perbedaan baik itu perbedaan agama, pandangan, gender, pendapat terhadap satu hal. Hal ini menghindari adanya rasa ‘paling benar’ sehingga berakhir menghakimi orang lain yang memiliki perbedaan dengan hal tersebut.

Anak-anak juga sebaiknya dihindari dari tontonan yang bersifat tiruan. Artinya, apa yang ditonton anak di media sosial, internet atau televisi berpotensi untuk meniru hal tersebut. Hindarkan mereka dari hal tersebut agar tidak terjadi hal yang serupa di dunia nyata. Bukankah banyak anak-anak dan remaja yang mengaku terinspirasi dari apa yang mereka lihat dan tonton di dunia maya dan televisi sehingga terdorong untuk mencoba di dunia nyata.

Untuk anak yang berpotensi menjadi korban perundungan maka ada baiknya dibekali dengan ilmu membela diri. Jangan biarkan pelaku perundungan melakukan sekehendak hatinya untuk melakukan hal paling berbahaya terhadap tubuh atau diri korban. Apalagi sampai mencelakakan dirinya sampai bertaruh nyawa. Anak-anak bisa dibekali dengan beragam ilmu bela diri. Misalnya saja belajar karate, silat atau sejenisnya. Ingat ini hanya untuk melindungi diri mereka dari perundungan, bukan menyakiti orang lain. Intinya, jika ada yang melakukan perundungan dengan kekerasan maka ilmu bela diri ini akan sangat berguna.

Seni Flexing Kekuasaan

Selanjutnya, cobalah ajari anak-anak dan remaja yang berpotensi menjadi korban perundungan untuk berani melaporkan kepada orang terdekat, misalnya saja, orang tua, guru dan atau polisi jika ada yang melakukan perundungan. Ini juga untuk menghindari perundungan secara berkelanjutan sehingga bisa meminimalisir perlakuan perundungan semakin lama. Sebab, jika perundingan tidak segera ditangani oleh orang dewasa maka akan ada kemungkinan pelaku perundungan akan melakukannya lebih lama dan lebih jauh lagi sehingga berpotensi merusak mental, material dan moral korbannya.

Orang tua atau orang dewasa lainnya diharapkan peka terhadap laporan yang dilakukan oleh anak-anak dan remaja jika mereka mengalami perundungan. Jangan menganggap sepele laporan mereka sebab di banyak kasus, orang dewasa dan orang tua yang mendapat laporan cenderung abai dan menganggap bahwa perundungan itu hanyalah sebuah candaan. Padahal ketika anak sudah melaporkan hal tersebut itu artinya mereka dalam ancaman bahaya, sekecil apa pun sudut pandang orang dewasa dalam melihat masalah tersebut.

Korban yang telah mengalami perundungan juga ada baiknya ditangani oleh orang yang profesional baik itu oleh tenaga medis, psikolog atau psikiater, sebab di antara banyaknya kasus tidak jarang korban perundungan ini mengalami banyak guncangan, baik itu yang bersifat emosional, depresi, ketakutan atau bahkan kecemasan berlebih. Tentu saja hal ini sedikit banyaknya akan membutuhkan tenaga profesional dalam penanganan kasus korban perundungan.

Terakhir, untuk kasus tertentu yang sudah ditangani oleh hukum pemerintah, ada banyak ketimpangan mengenai hukum perundungan ini. Terutama hukuman yang layak bagi para perundungan seakan tidak memiliki kesetaraan. Padahal dibanyak kasus perundungan korban kehilangan banyak hal tetapi hukuman bagi perundungan tak layak disebut hukuman. Entah itu karena hukuman yang singkat, ringan bahkan tak diadili.  Sehingga hal ini tidak memberikan efek jera pada pelaku perundungan. Memang perlu mengkaji ulang terkait hukuman yang tepat bagi para pelaku perundungan untuk memberikan keadilan yang layak bagi korban perundungan.


Tentang Penulis

Herma Kumbara, seorang yang lahir pada tanggal 17 Agustus di pesisir Kalimantan Barat, adalah sosok yang memiliki cinta yang mendalam terhadap dunia menulis sejak kecil. Sebagai seorang pencinta buku, ia tidak terpaku pada satu genre saja, melainkan mencintai berbagai jenis buku.

Jika Anda ingin menemukan lebih banyak tentang Herma, Anda dapat mengunjungi akun Facebook-nya dengan nama Herma Kumbara, melihat update terbarunya di Instagram @herma-kumbara, atau mengirim email ke kumbaraherma@gmail.com. Dengan semangat dan bakat menulisnya, Herma terus menginspirasi melalui karyanya dan berbagi kecintaannya terhadap literatur dengan orang lain.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Postingan Terpopuler

BatakPos TV

Kominfo Padang Sidempuan

Kominfo Padang Sidempuan