Opini
Beranda » Berita » Dasa, Raga, dan Rasa Cinta

Dasa, Raga, dan Rasa Cinta

Dasa, Raga, dan Rasa Cinta
Dasa, Raga, dan Rasa Cinta

Dengan adanya prakata ini, saya ingin mengangkat isu mengenai kasus Bunuh Diri yang tidak sedikit banyaknya terjadi di negara kita ini. Tragedi Bunuh Diri yang mengguncang bumi Nusantara ini memiliki penyebab utamanya, yaitu: depresi.

Pada awalnya, permasalahan yang terjadi adalah permasalahan yang tidak seberapa besar, akan tetapi masalah tersebut perlahan menjadi besar dikarenakan terpendam dan tidak terselesaikan. Serta peran lingkungan kekeluargaan dan pertemanan yang kurang mendukung, kekurangan peran tersebut memicu terjadinya hal yang tidak diinginkan. Kemudian masalah terus-menerus datang dan terpendam, hingga akhirnya berpikir untuk menyelesaikan permasalahan dengan mengakhiri hidupnya.

Sebenarnya, tindakan tersebut terjadi karena pendeknya pemikiran dan buruk sangka kepada dirinya sendiri. Tindakan tersebut tidak akan menyelesaikan permasalahan atau pun membuat masalah hilang. Maka, saya ingin kita berpikir yang lebih bijak mengapa mencintai diri sendiri itu penting? Berpikir dengan baik menggunakan akal sehat, menyiksa diri sendiri saja tidak diperbolehkan apalagi jika membunuh diri anda sendiri.

Cara Menghitung Matematika dengan Baik dan Benar, 90+6= 96 Bukan 99!

Ini adalah sepuluh untaian kata yang sedikit abstrak, tidak hanya perlu dilihat atau dibaca. Namun, renungkan dan berpikirlah menggunakan otakmu yang cerdas itu. Tidak tahu itu dirimu atau orang lain yang memerlukan itu, tapi lakukan dan selesaikan dengan cara yang benar.

Puisi:

 

Kemarin, Hari Ini, dan Esok

Seni Flexing Kekuasaan

Terlintas memori pada malam ini, tentang malam itu

Sebuah kumpulan kata, dari litani ayahku

Mereka bilang, ini definisi cinta diri sendiri

Tak perlu menyesal dengan masa lalu

Hadapi detik ini dengan baik sangka

Dan berpikirlah untuk masa depan

Penyesalan dan buruk sangka adalah awalan

Menjadikan diri lelah dengan pemikiran

 

Terpaku Lumpuh

Rasa itu katanya pasti

Janjinya sama seperti gula di toples

Tidak pintar sekali orang satu ini

Mulutnya berkata, rasa telah mati

Akhirnya datanglah sebuah tangisan

Yang membuat ia mengakhiri diri

Didepan orang yang tak abadi

Buka matamu insan jagat raya

Buka hatimu untukmu jua

Lihatlah pada siapa yang patut kau beri rasa yang pasti

 

Diam Sekujur Tubuh

Telapak kakinya tak lagi di kursi

Tubuhnya tak menapak lagi

Tahukah dia, itu sangat rugi?

Hey, sayangilah dirimu sendiri

Pergi berlari meninggalkan hari

Penyesalan datang dikemudian hari

Raganya bertanya saat bangkit nanti

Meminta pertanggung jawaban dini hari

Itu adalah dirinya sendiri

Penyesalan adalah kerugian pasti

Pesanku sayangilah dirimu ini

 

Tragedi Bedah

Tak ingat ia dengan segalanya

Padahal dirinya yang berbuat ulah

Tapi pikirannya pendek kenyataannya

Merasa susah, lalu menyerah

Padahal itu ujian mentalnya

Membuat diri bersimbah darah

Tak ingat ada air mata yang tumpah

Tak ingat dua orang yang bersusah payah

Merasa tak dapat menyelesaikan keruh

Hingga lupa hak milik tubuh

Menutup mata dengan rasa peluh

Janganlah seperti itu wahai insan bertubuh

Pandanglah dirimu dengan kecintaan penuh

 

Raga Berjiwa

Rasa itu sangat nyata

Bagai kaca rupa baja

Memiliki hak dicintai jiwa

Dan hak penuh nyawa

Aku adalah raga

 

Surat untuk Insan

Segalanya punya rasa

Terutama insan bernyawa

Raihlah olehmu sebuah cermin

Cinta mereka itu tak apa

Tapi cintai dulu bayangan di cermin

Sayang mereka itu biasa

Tapi sayangi dulu pantulan cermin

Kebencian itu benar adanya

Tapi jangan pada pantul bayang di cermin

 

Sosok didalam Cermin

Otak berpikir sekuat besi baja

Raga bertempur di medan perang

Dan melupakan serangan lawan

Segalanya demi insan selainnya

Raih dan lihat jelas cermin itu

Lihat pantulan bayangan sosok itu

Otak perlu memikirkan sosok itu

Cinta dan sayang adalah satu

Kepada siapa ia harus menaruh itu

Yang lebih utama, pada sosok itu

 

Kumpulan Tiga Rasa

Wahai tangan berjari lentik

Sentuh lah wajahmu yang mempesona itu

Pegang lah hatimu dengan dua rasa satu

Ingatkan kepalamu akan dua rasa itu

Cinta, sayang, dan kebencian

Dua itu rasa yang satu

Dan satunya semacam benalu

Wahai tangan berjemari cantik

Taruh dua rasa itu padamu selalu

Jangan pernah taruh benalu yang satu

 

Hidupnya Rasa

Terlihat matanya memandang diri

Mata merah itu marah

Mulutnya berceloteh caci

Bibirnya berceloteh maki

Padahal itu dirinya

Otaknya berperang sengit

Hatinya murung terdiam

Diamlah senyap tanpa suara

Berhenti berpikir utamanya

Biarkan air asin mengalir di pipi

Telinga pasti mendengar isakan hati

Hingga ragamu diam mengimbangi

Dan jiwamu tenang mengikuti

Otak bilang, dirinya pintar

Maka harus pintar menjaga diri

Hati terus menasehati

Memberi ketenangan jiwa raga ini

Berilah dirimu belas kasih ini

Cinta dan sayang adalah hak sejati

Jangan taruh kebencian pada diri

Yang membawa luka sampai mati

 

Pertempuran Liar

Hai, insan berakal sehat

Engkau boleh bertempur liar

Tapi jangan remuk berpencar

Engkau boleh berperang sengit

Tapi jangan buat penyakit

Hai, insan yang berjuang demi insan

Engkau boleh bertarung hingga darah penghabisan

Tapi jangan kau habiskan

Engkau boleh berjuang mati-matian

Tapi tidak mati sekalian

 

 

Mungkin hanya itu saja yang dapat saya ungkapkan, beberapa potong kata yang disatukan menjadi proporsi puisi. Kuharap diri dapat diam, berpikir, merenung, dan menjelaskan. Bukalah pintu pikiran diri, membuat tangan berpikir untuk tidak melakukan lagi. Tidak tahu apa yang tangan perbuat nanti, tidak tahu itu hanya goresan atau pembunuhan. Semoga jiwa dan raga mulai menyadari, apa yang perlu diketahui.

Dengarkanlah mereka yang membutuhkan telinga, dan berbicaralah kepadanya jika membutuhkan kata. Berbicaralah kepada mereka jika membutuhkan telinga, dan dengarkanlah jika membutuhkan kata. Akhir kata, terima kasih banyak atas perhatian anda. Lebih dan kurangnya saya benar-benar meminta permohonan maaf nya.

Elsa Hardianti Putri lahir di Lawang Agung pada tanggal 25 Januari 2008. Seorang remaja yang bersemangat dan penuh inspirasi, Elsa sedang menempuh pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Lubuk Linggau sambil juga duduk di bangku kelas 10 SMA. Meskipun usianya masih muda, Elsa telah menunjukkan bakatnya dalam dunia sastra dan seni.

“Bintang Lamunan” adalah debutnya sebagai seorang penulis. Dalam buku ini, Elsa mempersembahkan puisi-puisi yang penuh makna dan mendalam, mencerminkan kepekaannya terhadap kehidupan, spiritualitas, dan hubungan dengan Sang Pencipta. Karya-karya Elsa menawarkan pembaca sebuah jendela ke dalam dunia batinnya yang indah dan menginspirasi.

Meskipun masih muda, Elsa telah menunjukkan potensi besar dalam dunia sastra. Dengan keberanian dan ketekunan, dia berani mengekspresikan dirinya melalui kata-kata yang menyentuh hati. “Bintang Lamunan” adalah bukti awal dari bakatnya yang luar biasa, dan kami sangat antusias untuk menyaksikan perjalanan sastranya yang lebih jauh di masa depan.

 

 

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Postingan Terpopuler

BatakPos TV

Kominfo Padang Sidempuan

Kominfo Padang Sidempuan