Ekbis
Beranda » Berita » Daya Beli Masyarakat Kalangan Bawah Tertekan pada Kuartal II-2024

Daya Beli Masyarakat Kalangan Bawah Tertekan pada Kuartal II-2024

Daya Beli Masyarakat Kalangan Bawah Tertekan pada Kuartal II-2024
Daya Beli Masyarakat Kalangan Bawah Tertekan pada Kuartal II-2024

Jakarta, BP – Kemampuan daya beli masyarakat kalangan bawah tertekan pada kuartal II-2024. Sentimen daya beli yang melemah ini semakin mengkhawatirkan dan memberikan ketakutan tersendiri bagi berbagai kalangan. Penurunan daya beli ini jelas terlihat dari data yang dirilis oleh Bank Indonesia.

Data dari Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) untuk masyarakat dengan pengeluaran Rp1-3 juta mengalami penurunan yang cukup signifikan dalam dua bulan terakhir. Bagi masyarakat dengan pengeluaran Rp1-2 juta, IKK terpantau sebesar 109,2, posisi terendah sejak September 2023. Sedangkan untuk masyarakat dengan pengeluaran Rp2,1-3 juta, IKK mencapai 118,5, terendah sejak Desember 2023.

Bahkan, tidak hanya IKK, Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) juga menunjukkan penurunan yang cukup dalam. Masyarakat dengan pengeluaran Rp1-2 juta memiliki IEK sebesar 117,8 pada Juni 2024, yang merupakan posisi terendah sejak September 2023. Sementara itu, masyarakat dengan pengeluaran Rp2,1-3 juta memiliki IEK sebesar 125,8, terendah sejak periode yang sama.

Cara Cek BPNT Juni 2025 di Situs Resmi Kemensos

Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi masyarakat dengan pengeluaran rendah dan ekspektasi konsumsi ke depan masih akan cukup sulit, terutama menjelang pelantikan pemerintahan baru pada Oktober 2024. Penurunan daya beli ini dapat memicu berbagai masalah sosial dan ekonomi di tengah masyarakat.

Data lain yang menunjukkan dampak ini adalah laporan Mandiri Spending Index (MSI) yang dikeluarkan oleh Bank Mandiri. Tingkat belanja untuk kelompok bawah, yaitu konsumen dengan rata-rata tabungan kurang dari Rp1 juta, cenderung mengalami penurunan. Fenomena makan tabungan “mantab” terlihat pada kelompok bawah dan menengah sejak kuartal IV-2023 hingga saat ini. Masyarakat middle-low cenderung menguras tabungannya untuk kebutuhan konsumsi, khususnya untuk membeli barang elektronik dan kebutuhan konsumsi lainnya.

Dari sisi data Indeks Penjualan Riil (IPR) kuartal II-2024, diprakirakan tetap tumbuh, namun hanya sebesar 1,3% (year on year/yoy). Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang mencapai 5,6% yoy. Tujuh dari delapan kelompok IPR diestimasikan mengalami penurunan, termasuk suku cadang dan aksesori, makanan, minuman, dan tembakau, serta perlengkapan rumah tangga.

Lesunya daya beli kalangan bawah semakin diperparah dengan pendapatan yang cenderung stagnan dan maraknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Pengamat otomotif LPEM UI, Riyanto, menyampaikan bahwa selama periode 2013-2022, pendapatan per kapita hanya meningkat sebesar 3,65%. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas mencatat bahwa 40 juta pekerja di Indonesia masih memiliki gaji di bawah Rp5 juta, jauh di bawah target pendapatan per kapita yang ditetapkan hingga akhir 2024 sebesar US$5.500 per tahun.

Daya Beli Masyarakat Menurun, UMKM Butuh Dukungan APBN dan Digitalisasi

Selain pendapatan yang minim, jumlah pekerja yang terkena PHK juga meningkat. Mengutip data dari Kementerian Ketenagakerjaan, jumlah pekerja ter-PHK pada periode Januari-Mei 2024 mencapai 27.222 orang, meningkat 48,48% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Postingan Terpopuler

BatakPos TV

Kominfo Padang Sidempuan

Kominfo Padang Sidempuan