Medan, HarianBatakpos.com – Banjir yang melanda Kabupaten Demak, Jawa Tengah, belum sepenuhnya surut hingga 10 Februari 2025. Ratusan warga masih bertahan di pengungsian karena rumah mereka terendam air. Situasi ini menimbulkan keprihatinan mendalam dan memerlukan perhatian lebih dari pemerintah serta masyarakat.
Dampak Banjir di Demak
Banjir yang disebabkan oleh curah hujan tinggi dan rob ini menggenangi 21 desa di Kecamatan Sayung, Karangtengah, dan Bonang. Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Demak, Desa Prampelan menjadi wilayah paling terdampak, dengan 571 jiwa mengungsi di berbagai lokasi. Sebagian warga mulai pulang, namun banyak yang masih memilih bertahan di pengungsian, seperti yang dialami Suyatno, seorang warga yang sudah mengungsi selama 8 hari.
Dalam situasi sulit ini, kebutuhan makanan menjadi perhatian utama. Suyatno mengungkapkan harapannya agar kebutuhan makanan di pengungsian tetap terpenuhi. “Makanan ini yang penting bisa makan gitu aja,” ujarnya. Hal ini menunjukkan betapa krusialnya bantuan logistik bagi para pengungsi, dilansir dari Kompas. com.
Upaya Penanganan Banjir
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Demak, Prapto, mengatakan bahwa meski genangan air di Desa Prampelan kini menyisakan setinggi 40 cm, banyak warga masih memilih untuk tinggal di pengungsian. BPBD berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan para pengungsi dan terus berupaya mengurangi debit air dengan mengerahkan pompa. “Mudah-mudahan ini hari Rabu sudah (kering) para pengungsi juga kembali ke rumah masing-masing,” tutup Prapto.
Banjir Demak yang belum surut ini meresahkan banyak pihak. Dengan perhatian dan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat, diharapkan situasi ini dapat segera teratasi.
Komentar