Medan, HarianBatakpos.com – Ribuan tentara Ukraina dilaporkan kabur dari medan perang melawan Rusia, dengan angka pembelotan meningkat signifikan antara Januari dan Oktober 2024.
Laporan Financial Times pada Minggu (1/12/2024) mencatat bahwa lebih banyak tentara Ukraina yang meninggalkan posisi mereka dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya, saat awal-awal perang.
Jaksa Ukraina melaporkan sekitar 60.000 kasus tentara meninggalkan posisi mereka dalam kurun waktu tersebut, hampir dua kali lipat dari jumlah gabungan pada tahun 2022 dan 2023.
Dengan lebih dari 100.000 tentara didakwa atas tuduhan desersi sejak Februari 2022, situasi di lapangan semakin memprihatinkan.
The Associated Press melaporkan bahwa sepanjang tahun 2024, Rusia telah meraih kemajuan signifikan di wilayah timur Ukraina. Tentara Rusia mengklaim telah menduduki permukiman penting seperti Avdiivka, bekas benteng Ukraina di wilayah Donetsk timur, pada bulan Februari.
Kekurangan Tentara di Ukraina
Kekurangan tentara menjadi tantangan serius bagi kedua belah pihak yang terlibat dalam konflik ini. Rusia dan Ukraina sama-sama berjuang untuk menambah jumlah tentara dalam angkatan bersenjata mereka.
Seorang pejabat senior pemerintahan Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa Ukraina harus mempertimbangkan untuk menurunkan usia wajib militernya menjadi 18 tahun. Hal ini bertujuan untuk segera menyalurkan lebih banyak pasukan ke wilayah perang, terutama karena jumlah tentara yang terus berkurang.
Menurunkan usia wajib militer merupakan langkah yang kontroversial, mengingat Ukraina sebelumnya telah menurunkan usia wajib militer dari 27 tahun menjadi 25 tahun pada bulan April.
Dengan kondisi yang semakin mendesak, keputusan-keputusan strategis akan diambil untuk menyikapi tantangan di medan perang.
Komentar