Esther Sri Astuti, Direktur Program Institute For Development of Economics and Finance (Indef), menilai bahwa strategi diversifikasi pangan menjadi kunci penting dalam menanggulangi lonjakan harga beras yang tengah terjadi. Dalam pandangan Esther, diversifikasi pangan dapat menciptakan kestabilan pasokan dan mengurangi risiko inflasi yang muncul seiring kenaikan harga beras.
“Saran konkret untuk mengurangi tekanan ekonomi akibat kenaikan harga beras, menurut saya kita tidak harus makan beras. Ada kan macam-macam sumber karbohidrat, tidak hanya dari beras, bisa dari singkong, sorgum. Jadi, saran konkretnya adalah diversifikasi pangan,” ujar Esther.
Esther memberikan contoh pada masyarakat Papua dan Nusa Tenggara yang seharusnya diberi keleluasaan untuk mempertahankan pola konsumsi mereka seperti sagu atau nasi jagung. Diversifikasi pangan dianggap Esther sebagai solusi praktis dan strategi untuk menciptakan ketahanan pangan yang lebih luas, fleksibel, dan mendukung swasembada beras.
Selain strategi diversifikasi pangan, Esther juga menyebut beberapa kebijakan yang dapat mengontrol harga beras, termasuk swasembada pangan dengan memastikan pasokan atau stok beras di masyarakat tetap aman, distribusi beras yang lancar, dan menjaga biaya transportasi agar tetap terjangkau.
“Sekarang kita adalah importir beras, kalau kita bisa memproduksi beras sendiri, maka kita lebih mudah untuk mengontrol harga beras dan bisa memenuhi pangan masyarakat dari produksi dalam negeri sendiri,” tutur Esther.
Esther mengingatkan bahwa dampak kenaikan harga beras dapat berpengaruh signifikan terhadap ekonomi rumah tangga, terutama bagi rumah tangga miskin yang lebih dari 50 persen pendapatannya dialokasikan untuk konsumsi pangan. Ia berharap Indonesia dapat kembali mencapai swasembada beras seperti pada tahun 1984, ketika Indonesia mendapat penghargaan dari Food and Agriculture Organization (FAO).
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan harga beras terjadi di beberapa provinsi di Indonesia, dipengaruhi oleh faktor cuaca dan rusaknya infrastruktur distribusi komoditas pangan. Tingginya harga beras juga dipengaruhi oleh penahanan ekspor dari beberapa negara penghasil beras dan hambatan produksi akibat fenomena El Nino.


Komentar