HarianBatakpos,com, JAKARTA – BP: Skandal keselamatan yang menimpa Boeing semakin panas dengan potensi tuntutan pidana yang mengintai akibat pelanggaran kesepakatan terkait dua kecelakaan fatal pesawat 737 Max. CEO Tesla dan SpaceX, Elon Musk, turut menyoroti isu ini dan secara tajam menyindir CEO Boeing, David Calhoun, melalui cuitannya di akun X pribadinya.
“CEO sebuah perusahaan pesawat terbang harus tahu cara mendesain pesawat terbang, bukan spreadsheet,” tulis Musk menanggapi berita tentang kemungkinan tuntutan pidana tersebut pada Rabu (26/6/2024).
Boeing kini menghadapi kemungkinan tuntutan pidana setelah jaksa AS melaporkan kepada Departemen Kehakiman (DoJ) bahwa perusahaan tersebut telah melanggar kesepakatan terkait dua kecelakaan fatal pesawat 737 Max.
Menurut laporan Reuters dan CBS News, para pemimpin DoJ memiliki waktu hingga 7 Juli untuk memutuskan apakah mereka akan mengajukan tuntutan pidana terhadap Boeing, berdasarkan rekomendasi dari jaksa yang menangani kasus ini, seperti disadur dari laman CNBC Indonesia.
Pada bulan lalu, DoJ memberi tahu pengadilan federal di Texas bahwa Boeing telah melanggar ketentuan perjanjian penyelesaian tahun 2021, di mana perusahaan tersebut sepakat untuk membayar denda sebesar US$2,5 miliar (sekitar Rp37,5 triliun) serta kompensasi kepada pelanggan maskapai dan keluarga korban yang meninggal dalam dua kecelakaan fatal tersebut.
Boeing dituduh gagal “merancang, mengimplementasikan, dan menegakkan program kepatuhan dan etika untuk mencegah dan mendeteksi pelanggaran undang-undang penipuan AS di seluruh operasinya,” menurut dokumen pengadilan.
Tuntutan pidana baru akan menjadi babak terbaru dalam serangkaian tuduhan terhadap Boeing terkait dua kecelakaan pesawat tersebut. Sebanyak 346 penumpang tewas dalam kecelakaan pesawat Boeing 737 Max yang dioperasikan oleh Lion Air di Indonesia dan Ethiopian Airlines pada akhir 2018 dan awal 2019. Kecelakaan ini memicu krisis terbesar dalam sejarah perusahaan, yang mengakibatkan larangan terbang global untuk pesawat Boeing 737 Max selama hampir dua tahun.
Kecelakaan tersebut disebabkan oleh desain baru yang membuat hidung pesawat menukik secara otomatis untuk mengimbangi perubahan penempatan mesin yang lebih besar. Sistem yang dikenal sebagai sistem augmentasi karakteristik manuver (MCAS) ini membuat pesawat rentan jika satu sensor saja gagal.
Perjanjian penangguhan tuntutan yang dibuat sebelumnya melindungi Boeing dari tuduhan penipuan terkait dugaan penyembunyian informasi dari regulator penerbangan tentang cara kerja sistem MCAS tersebut. Saat penyelesaian tersebut, DoJ menyatakan bahwa “Karyawan Boeing memilih jalan keuntungan daripada keterusterangan.”
Kesepakatan ini seharusnya berakhir pada bulan Januari, yang akan menghilangkan satu elemen ketidakpastian bagi perusahaan. Namun, Boeing kini menghadapi pengawasan baru atas catatan keselamatannya setelah insiden yang terjadi dua hari sebelum perjanjian berakhir, ketika sebuah panel pintu terlepas dari pesawat Alaska Airlines saat berada di udara.
Reuters melaporkan bahwa keputusan akhir untuk melanjutkan tuntutan baru belum dibuat. Salah satu sumber mengatakan bahwa Boeing dapat menghadapi tuduhan baru yang melampaui tuduhan konspirasi penipuan tahun 2021. Berdasarkan ketentuan perjanjian, DoJ juga memiliki opsi untuk memperpanjang perjanjian tersebut selama satu tahun atau mengusulkan ketentuan baru yang lebih ketat.
New York Times sebelumnya melaporkan bahwa Boeing dapat menghindari penuntutan pidana. Namun, tuntutan baru ini juga akan memberikan tekanan pada bulan-bulan terakhir masa jabatan CEO Dave Calhoun, yang akan pensiun akhir tahun ini setelah masa jabatan yang didominasi oleh dampak dari kecelakaan tersebut.
Dalam kesaksiannya di hadapan Senat AS minggu lalu, Calhoun mengakui bahwa “ada yang salah” di perusahaan setelah pelapor menghadapi pembalasan karena mengungkapkan masalah keamanan di pabrik-pabrik.
Dengan sorotan yang semakin tajam dari berbagai pihak, termasuk Elon Musk, Boeing berada di bawah tekanan besar untuk memperbaiki kesalahan masa lalu dan memastikan keselamatan penumpangnya di masa mendatang. Skandal ini tidak hanya mengguncang perusahaan tetapi juga menimbulkan pertanyaan serius tentang budaya dan praktik di dalam Boeing serta industri penerbangan secara keseluruhan.
Komentar