Jakarta,harianbatakpos.com – Mantan vokalis band Nidji sekaligus Wakil Menteri Kebudayaan, Giring Ganesha, kembali menjadi sorotan publik setelah membalas komentar di TikTok menggunakan bahasa Inggris. Tindakan ini menuai kritik dari warganet yang menilai bahwa Giring, sebagai pejabat publik di bidang kebudayaan, seharusnya lebih mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia dalam komunikasi resminya.
Kontroversi ini bermula dari sebuah postingan Giring di TikTok yang mendapat koreksi dari salah seorang pengguna. Alih-alih marah, Giring dengan ramah mengucapkan terima kasih dalam balasannya, “Done ya. Thank you so much inputnya (sudah dibenarkan, ya. Terima kasih banyak masukannya).” Namun, balasan dalam bahasa Inggris tersebut justru memicu perdebatan di kalangan warganet.
Banyak yang berpendapat bahwa Giring, sebagai Wakil Menteri Kebudayaan, seharusnya memberikan teladan dengan menjunjung tinggi bahasa Indonesia sebagai bagian dari identitas budaya bangsa. “Sebagai wakil menteri, kok malah pakai bahasa asing? Harusnya memperlihatkan kebanggaan terhadap budaya kita, termasuk bahasa,” tulis salah satu komentar netizen.
Selain kritik terhadap penggunaan bahasa, sejumlah warganet juga menelusuri riwayat pendidikan Giring. Lahir pada 14 Juli 1983, Giring menempuh pendidikan menengah di SMA Negeri 34 Jakarta sebelum melanjutkan kuliah di Universitas Paramadina pada 2002, mengambil jurusan Ilmu Hubungan Internasional. Meski sempat cuti pada 2005, ia akhirnya dikeluarkan dari universitas tersebut pada 2011. Upaya untuk melanjutkan studi di universitas yang sama pada 2017 kembali terhenti pada 2020, setelah ia tidak kunjung menyelesaikan studinya.
Namun, pada 2020, Giring memulai kembali pendidikannya di Universitas Terbuka, mengambil jurusan Ilmu Komunikasi. Ia akhirnya berhasil meraih gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom) pada 18 April 2023.
Tindakan Giring dalam membalas komentar dengan bahasa Inggris dinilai tidak sesuai dengan jabatannya. Meski demikian, ada juga yang memaklumi bahwa penggunaan bahasa asing, terutama dalam konteks digital, sudah menjadi hal umum. Namun, warganet berharap bahwa sebagai Wakil Menteri Kebudayaan, Giring bisa lebih konsisten menggunakan bahasa Indonesia dalam komunikasi publik, terutama ketika berinteraksi dengan masyarakat luas.
Kontroversi ini menjadi pengingat akan pentingnya peran pejabat publik dalam menjaga dan melestarikan budaya, termasuk dalam hal penggunaan bahasa Indonesia. Sebagai tokoh yang berpengaruh, tindakan Giring terus mendapat sorotan, baik dari segi profesionalitasnya sebagai pejabat publik maupun dari perjalanan pendidikannya yang penuh liku.BP/CW1
Komentar