HarianBatakpos.com – Harga Bitcoin telah mengalami penurunan sebesar 3,70% dari pekan sebelumnya, mencapai angka sekitar USD 61,650 pada 9 Mei 2024. Penurunan ini menjadi sorotan utama setelah rekor tertinggi Bitcoin pada 14 Maret lalu yang mencapai USD 73,835, menandai penurunan sekitar 16,50%.
Berbagai faktor diduga menjadi penyebab penurunan harga Bitcoin ini. Pertama, lemahnya respons pasar terhadap debut pasar dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) Bitcoin dan Ethereum di Hong Kong. Kedua, kebijakan suku bunga Federal Reserve Amerika Serikat yang diperkirakan akan naik untuk jangka panjang. Ketiga, berkurangnya aliran dana ke ETF Bitcoin spot di AS.
Peter Brandt, seorang pedagang veteran, memperkirakan bahwa harga Bitcoin akan turun ke kisaran tertinggi antara USD 40.000 hingga USD 50.000. Brandt mengutip pola segitiga menurun yang berkembang setelah kegagalan mata uang kripto tersebut untuk kembali mencapai rekor tertinggi sebelumnya di USD 69.000.
“Fakta sederhana perlu diselesaikan – bahwa Bitcoin belum melampaui puncak yang dicapai tiga tahun lalu meskipun ada halving dan ETF. Mungkin harga turun ke level 40-an, lalu kenaikan kembali terjadi,” ungkap Brandt.
Perspektif Brandt menunjukkan skenario pembalikan segitiga menurun klasik, di mana harga dapat menembus garis tren bawah dari segitiga tersebut dan menjatuhkan jumlah yang setara dengan jarak maksimum antara garis tren atas dan bawah. Jika terjadi, konfirmasi skenario pembalikan segitiga menurun akan meningkatkan kemungkinan harga Bitcoin turun menuju USD 48,550, turun lebih dari 20% dari tingkat harga saat ini, sejalan dengan prediksi USD 40,000 atau lebih versi Brandt.
Situasi ini menarik perhatian pelaku pasar kripto, yang akan memantau perkembangan lebih lanjut untuk mengantisipasi pergerakan harga Bitcoin ke depan.
Komentar