Jakarta, HarianBatakpos.com – Harga saham PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) menunjukkan tren kenaikan yang signifikan dalam sebulan terakhir. Pada perdagangan Selasa (10/9/2024), saham BBTN ditutup naik 1,79% ke level Rp 1.425. Kenaikan ini merupakan bagian dari penguatan sebesar 10,17% dibandingkan posisi satu bulan sebelumnya.
Investor asing terlihat semakin aktif membeli saham BBTN, dengan nilai pembelian bersih (net buy) mencapai Rp 47,99 miliar dalam sebulan terakhir. Sejumlah perusahaan sekuritas pun mempertahankan rekomendasi beli saham BBTN dengan target harga yang lebih tinggi. Mandiri Sekuritas merekomendasikan beli dengan target harga Rp 1.800, mempertimbangkan beberapa faktor seperti revisi skema penyaluran KPR bersubsidi, spin-off unit usaha syariah, dan penjualan aset bermasalah.
Analis Sinarmas Sekuritas, Arief Machrus, juga merekomendasikan penambahan saham BBTN dengan target harga Rp 1.500, sedangkan analis Sucor Sekuritas, Edward Lowis, mempertahankan rekomendasi beli dengan target harga Rp 1.640. Potensi penurunan harga saham BBTN semakin mengecil, sementara potensi penguatannya semakin besar.
Penguatan harga saham BBTN didorong oleh sejumlah sentimen positif, termasuk peluang pemangkasan suku bunga, perpanjangan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) 100% hingga Desember 2024, pembentukan kembali Kementerian Perumahan, tambahan plafon kredit rumah bersubsidi, serta tren peningkatan kredit kepemilikan rumah (KPR) dalam beberapa bulan terakhir.
Analis Mandiri Sekuritas, Rangga Cipta dan Raden Rami Ramdana, dalam riset terbaru menyebutkan bahwa data ekonomi Amerika Serikat menunjukkan perlambatan yang mendukung peluang pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Diharapkan, penurunan suku bunga mencapai 125 bps tahun ini dan diharapkan berlanjut pada tahun 2025. Kebijakan serupa diperkirakan juga akan diambil oleh bank sentral di seluruh dunia, termasuk Bank Indonesia.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, sebelumnya mengumumkan insentif PPN DTP sebesar 100% hingga Desember 2024. Pemerintah juga akan mendorong Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dengan target meningkat dari 166.000 unit menjadi 200.000 unit.
Selain itu, BTN mendapat dorongan dari pernyataan Ketua Satuan Tugas Perumahan, Hashim S Djojohadikusumo, yang menyebut penguatan sektor properti sebagai bagian dari strategi pemerintah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8% per tahun. Pemerintah berfokus pada pembangunan 2 juta unit rumah di pedesaan dan 1 juta unit rumah di perkotaan setiap tahun.
Tren KPR saat ini menunjukkan arah positif, dengan kredit sektor properti mencapai Rp 915,93 triliun, tumbuh 11,20% secara tahunan (yoy) per Juli 2024, mencapai level pertumbuhan tertinggi dalam 18 bulan terakhir. Peningkatan kredit properti ini didukung oleh penyaluran pembiayaan rumah tapak dengan kenaikan 13,94% yoy.
Di sisi risiko, rasio nonperforming loan (NPL) kredit properti berada di level 2,68% pada Juli 2024, lebih rendah dari 2,81% pada Juli 2023, namun sedikit lebih tinggi dari 2,47% pada Desember 2023.
Komentar