Jakarta, HarianBatakpos.com – Setiap tanggal 12 Februari, dunia memperingati Hari Tangan Merah, yang juga dikenal sebagai Hari Internasional Menentang Penggunaan Tentara Anak. Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran global tentang bahaya dan dampak negatif keterlibatan anak-anak dalam konflik bersenjata. Hari Tangan Merah menjadi simbol penting dalam perjuangan menolak eksploitasi anak dalam peperangan.
Anak-anak yang direkrut dalam peperangan mengalami berbagai bentuk kekerasan, kehilangan masa depan, serta hak-hak dasar mereka sebagai manusia. Menurut laporan dari End Violence Against Children yang dirilis oleh United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC), puluhan ribu anak berisiko direkrut setiap tahunnya untuk terlibat dalam konflik bersenjata. Mereka dipaksa menjadi prajurit, mata-mata, pembawa pesan, bahkan sering kali menjadi korban eksploitasi seksual.
Ancaman Serius bagi Anak-anak dalam Konflik Bersenjata
Dilansir dari laman resmi Kantor PBB Urusan Narkoba dan Kejahatan (UNODC), organisasi ini telah mendukung lebih dari 60 negara anggota dalam mencegah dan merespons kekerasan terhadap anak serta memberdayakan mereka sebagai agen dalam perlindungan hak-haknya sendiri sejak peluncuran Program Global untuk Mengakhiri Kekerasan terhadap Anak pada tahun 2015. Namun, tantangan dalam memberantas penggunaan tentara anak masih sangat besar.
Anak-anak yang direkrut sebagai tentara sering kali mengalami pelecehan fisik dan mental, pemaksaan untuk membunuh, serta eksploitasi dalam perbudakan modern. Situasi ini semakin memperburuk kehidupan mereka, menjauhkan dari pendidikan, kesehatan, dan kehidupan yang aman serta sejahtera. Hari Tangan Merah menjadi momen penting untuk mengajak dunia menolak eksploitasi anak dalam perang.
Langkah Internasional dalam Melindungi Anak dari Peperangan
Kesadaran global akan bahaya ini mendorong Majelis Umum PBB untuk mengambil tindakan nyata. Pada Februari 2002, PBB mengadopsi Protokol Opsional Konvensi Hak Anak tentang Keterlibatan Anak dalam Konflik Bersenjata. Protokol ini menegaskan bahwa anak-anak di bawah usia 18 tahun tidak boleh terlibat dalam organisasi militer dalam bentuk apa pun.
Hingga kini, sebanyak 172 negara telah meratifikasi protokol tersebut, menunjukkan komitmen mereka untuk melindungi anak-anak dari eksploitasi perang. Negara-negara yang telah menandatangani protokol ini diwajibkan untuk mencegah perekrutan anak-anak dalam militer, serta mengambil tindakan tegas terhadap kelompok atau pihak yang melanggar aturan ini.
Tangan Merah: Simbol Perlawanan Global
Sebagai bentuk kampanye global, organisasi hak asasi manusia dan NGO (Non-governmental organization) di seluruh dunia menggunakan simbol tangan merah untuk menandai perlawanan terhadap perekrutan anak dalam perang. Tangan merah melambangkan darah dan penderitaan yang dialami oleh anak-anak yang dipaksa menjadi tentara.
Banyak gerakan yang dilakukan oleh aktivis untuk menyuarakan penghentian praktik ini, termasuk kampanye edukasi, petisi internasional, dan program rehabilitasi bagi anak-anak korban perang. Dengan meningkatnya kesadaran dan partisipasi masyarakat global, diharapkan upaya ini dapat menghentikan eksploitasi anak-anak dalam konflik bersenjata.
Mengapa Hari Tangan Merah Penting?
Peringatan ini menjadi momentum untuk:
- Meningkatkan kesadaran tentang dampak buruk penggunaan tentara anak.
- Mendorong kebijakan internasional yang lebih ketat dalam mencegah eksploitasi anak dalam perang.
- Menggalang dukungan masyarakat untuk membantu rehabilitasi anak-anak yang telah menjadi korban konflik bersenjata.
- Menekan negara-negara dan kelompok bersenjata untuk menghentikan praktik perekrutan anak sebagai tentara.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Sebagai bagian dari masyarakat global, kita dapat turut serta dalam upaya ini dengan:
- Menyebarkan informasi tentang bahaya perekrutan tentara anak melalui media sosial dan komunitas.
- Mendukung organisasi kemanusiaan yang bergerak dalam perlindungan anak-anak dari konflik bersenjata.
- Menandatangani petisi internasional yang mendesak pemerintah dan pihak terkait untuk lebih aktif dalam pencegahan eksploitasi anak dalam perang.
- Mengikuti kampanye Hari Tangan Merah dengan membuat simbol tangan merah sebagai bentuk solidaritas.
Hari Tangan Merah menjadi pengingat bahwa anak-anak seharusnya berada di sekolah, bukan di medan perang. Dengan menyebarkan kesadaran ini, kita dapat berkontribusi dalam mencegah eksploitasi anak dan memastikan masa depan yang lebih baik bagi mereka.
Komentar