Dalam upaya menanggulangi meningkatnya kasus demam berdarah (dengue) yang kerap menjadi ancaman kesehatan masyarakat, Praktisi Kesehatan Masyarakat, Dr. Ngabila Salama, telah mengeluarkan himbauan penting. Dr. Ngabila menekankan perlunya seluruh warga menggencarkan Gerakan 1 Rumah 1 Kader Jumantik (G1R1J) sebagai langkah pencegahan yang efektif.
Dalam sebuah talkshow di Jakarta, Kamis lalu, Dr. Ngabila Salama menyoroti kebutuhan akan keterlibatan seluruh warga dalam gerakan ini. “Untuk mencegah puncak kasus dengue yang diprediksi terjadi pada bulan April 2024, saya sarankan untuk menggencarkan G1R1J dengan menunjuk petugas Pemberantas Sarang Nyamuk (PSN) di setiap rumah,” ujarnya.
Menurutnya, peran petugas PSN dapat melibatkan anggota keluarga mulai dari orang tua, anak, hingga asisten rumah tangga (ART). Langkah ini dilakukan dengan menerapkan prinsip 3 x 10 setiap Jumat pagi.
“Prinsip 3 x 10 mengharuskan kita untuk memeriksa seluruh tempat penampungan air di sekitar rumah yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk dan menemukan adanya jentik nyamuk setiap jam 10 pagi selama 10 menit, dengan durasi minimal 10 minggu sekali,” jelasnya.
Dr. Ngabila menjelaskan bahwa pemilihan waktu pemeriksaan pada pukul 10 pagi dipilih karena nyamuk Aedes Aegypti, vektor utama penyebab demam berdarah, cenderung aktif pada waktu tersebut.
Untuk menggencarkan program PSN 3M Plus secara rutin, Dr. Ngabila menyarankan agar masyarakat saling mengingatkan dan mengajak sesama, setidaknya di tingkat RT/RW, dengan memanfaatkan sarana komunikasi seperti toa masjid, musholla, surau, atau rumah ibadah lainnya.
Program 3M Plus tersebut meliputi kegiatan menguras tempat penampungan air, menutup tempat-tempat penampungan air, dan mendaur ulang berbagai barang yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk.
Selain itu, Dr. Ngabila juga menekankan beberapa langkah tambahan yang dapat dilakukan oleh masyarakat, seperti menanam tanaman penangkal nyamuk seperti lavender dan sereh, memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, dan menggunakan obat anti nyamuk.
Dalam kesempatan yang sama, Dr. Ngabila juga mengingatkan bahwa gejala demam berdarah perlu diwaspadai, terutama jika anggota keluarga mengalami demam yang tidak membaik dalam dua hari.
“Kasus dengue meningkat di seluruh kelompok umur, tetapi lebih banyak terjadi pada anak usia SD dan SMP,” ungkapnya.
Gejala demam berdarah pada anak-anak umumnya meliputi infeksi saluran cerna dan nafas, batuk, pilek, diare, dan sulit buang air besar. Sedangkan pada orang dewasa, gejalanya termasuk demam tinggi, nyeri di bagian belakang mata, pegal-pegal, mual, dan muntah.
Masyarakat diimbau untuk segera membawa anggota keluarga yang mengalami gejala demam berdarah ke fasilitas kesehatan terdekat guna mendapatkan deteksi dini melalui pemeriksaan darah dan perawatan medis yang tepat.
“Jika sudah terkena dengue sekali, masih mungkin terkena hingga empat kali karena dengue memiliki empat varian saat ini. Namun, setelah sembuh, vaksinasi dengue dapat diberikan tanpa menunggu. Untuk usia 6-45 tahun, vaksinasi ini diberikan dua kali dengan selang tiga bulan,” tandas Dr. Ngabila Salama, yang juga merupakan Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan Kementerian Kesehatan.
Dengan langkah-langkah preventif yang tepat dan kolaborasi aktif antara pemerintah dan masyarakat, diharapkan kasus demam berdarah dapat ditekan dan kesehatan masyarakat dapat terjaga dengan baik.
Komentar