Medan, HarianBatakpos.com – Bulan Sya’ban adalah bulan yang penuh berkah dan memiliki banyak peristiwa penting dalam sejarah Islam. Salah satunya adalah perpindahan kiblat dari Masjidil Aqsa ke Masjidil Haram dan diangkatnya amal perbuatan manusia. Selain itu, pada bulan ini juga turun perintah untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Karena itu, bulan Sya’ban menjadi bulan yang istimewa bagi umat Islam, di mana dianjurkan untuk memperbanyak amal kebaikan seperti membaca Al-Qur’an, beristighfar, bershalawat, dan bahkan berpuasa. Puasa sunnah di bulan Sya’ban adalah salah satu amalan yang dianjurkan, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad sering berpuasa di bulan ini.
Dari hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, disebutkan bahwa Nabi Muhammad sangat sering berpuasa hingga membuat para sahabat mengatakan seolah-olah beliau tidak pernah berbuka, namun juga sering tidak berpuasa, sehingga para sahabat mengira beliau tidak pernah berpuasa. Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW sangat banyak melaksanakan puasa sunnah pada bulan Sya’ban, meskipun beliau tidak pernah menyempurnakan puasa selama sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan. (Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari).
Namun, muncul pertanyaan penting, terutama bagi mereka yang belum menunaikan puasa qadha Ramadhan. Apakah puasa qadha bisa digabungkan dengan puasa sunnah di bulan Sya’ban? Hukum menggabungkan niat puasa qadha Ramadhan dengan puasa sunnah Sya’ban merupakan topik yang diperselisihkan di kalangan ulama. Tidak ada nash yang secara tegas menjelaskan tentang penggabungan dua jenis ibadah tersebut.
Beberapa ulama membolehkan penggabungan niat puasa qadha dan puasa sunnah (tasyrik an-niat), seperti yang dijelaskan oleh Imam As-Suyuti. Sebagai contoh, jika seseorang berpuasa di hari Arafah dengan niat untuk puasa qadha atau nadzar, maka puasa sunnah Arafah juga dapat dilaksanakan bersamaan. Imam Al-Barizi menyatakan bahwa hal tersebut sah dan mendapatkan pahala dari kedua puasa tersebut. Kebolehan ini juga didukung oleh ulama lainnya seperti Imam Syamsuddin Al-Ramli, Al-Asfuni, dan Imam Ibn Hajar Al-Haitami. Dalam penjelasannya, jika seseorang berpuasa qadha atau nadzar di bulan Syawal atau di hari Asyura, ia tetap mendapatkan pahala seperti puasa sunnah.
Hal ini juga dapat diparalelkan dengan mandi junub yang dilakukan pada hari Jumat. Jika seseorang berniat mandi junub sekaligus mandi sunnah, maka ia akan mendapatkan pahala untuk kedua amalan tersebut. Oleh karena itu, puasa qadha Ramadhan di bulan Sya’ban adalah amalan yang sah dan bisa dilakukan oleh umat Islam yang belum sempat melaksanakan puasa qadha Ramadhan.
Bagi yang belum menunaikan puasa qadha, disarankan untuk melaksanakannya sebelum bulan Ramadhan berikutnya, karena qadha puasa Ramadhan adalah kewajiban yang harus segera diselesaikan.
Komentar