Jakarta, HarianBatakpos.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung kembali volatil pada awal perdagangan sesi I Selasa (13/8/2024), di tengah sikap investor yang mengantisipasi rilis data inflasi Amerika Serikat (AS).
Pada pembukaan perdagangan hari ini, IHSG dibuka turun tipis 0,01% ke posisi 7.297. Selang sepuluh menit setelah dibuka, IHSG berhasil berbalik arah ke zona hijau dengan menguat 0,46% ke 7.331,2. IHSG pun berhasil kembali ke level psikologis 7.300.
Nilai transaksi indeks pada awal sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 743 miliar dengan volume transaksi mencapai 1,2 miliar lembar saham dan telah ditransaksikan sebanyak 88.678 kali.
IHSG cenderung kembali volatil dan sempat dibuka di zona merah, di tengah sikap pelaku pasar yang masih cenderung wait and see jelang rilis data inflasi produsen AS malam nanti dan inflasi konsumen AS esok hari. Rilis data inflasi sangat penting bagi kebijakan moneter The Fed.
Pada hari ini, data indeks harga produsen (IHP) AS periode Juli 2024 akan dirilis. Berdasarkan konsensus yang dihimpun oleh Trading Economics, indeks harga produsen AS pada Juli diperkirakan mengalami inflasi 0,1% month-to-month (mtm), melambat dari bulan sebelumnya 0,2% mom. Sementara itu, inflasi inti produsen diperkirakan sebesar 0,2%, melambat dari periode sebelumnya 0,4%.
Rilis inflasi produsen akan disusul dengan inflasi konsumen pada Rabu besok. Konsensus Trading Economics memperkirakan inflasi AS tahunan akan turun 0,1 basis poin menjadi 2,9% year-on-year (yoy) pada Juli 2024 dari sebelumnya 3% yoy.
Kedua data inflasi ini dinilai penting dalam mempertimbangkan kebijakan moneter The Fed yang akan diumumkan pada September. Para pelaku pasar meyakini akan ada pemangkasan suku bunga pada pertemuan bulan tersebut.
Berdasarkan perangkat Fedwatch, peluang The Fed memangkas suku bunga pada Desember sangat besar. Bahkan, lebih besar kemungkinan bank sentral AS itu menurunkan suku bunga sebanyak 50 basis poin menjadi 4,75% – 5,00% dengan probabilitas sebesar 51,5% dari saat ini 5,25% – 5,50%.
Setelah September, pada dua pertemuan berikutnya, pasar meyakini The Fed akan kembali memangkas suku bunganya. Sebesar 25 basis poin pada pertemuan November dan 25 basis poin pada Desember. Sehingga pada akhir tahun, suku bunga The Fed diperkirakan berada di 4,25% – 4,50%.
Namun, pasar masih akan dihantui oleh ketidakpastian dari tensi geopolitik negara-negara di Timur Tengah, terutama antara Iran dan Israel. Ketegangan ini dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi global dan sentimen pasar.
Timur Tengah sendiri telah berada dalam kondisi siaga tinggi sejak pembunuhan komandan tinggi Hizbullah Fuad Shukr di Beirut, Lebanon, oleh Israel. Pembunuhan Haniyeh di Teheran pada akhir Juli juga menambah panas situasi.
Iran telah sesumbar akan membalas dendam ke Israel atas kematian mantan petinggi Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran beberapa waktu lalu. Dalam update terbaru, intelijen Israel mengungkap serangan langsung akan dilakukan Iran pada 15 Agustus.
Komentar