HarianBatakpos.com – Pada perdagangan Rabu (8/5/2024), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah, dipicu oleh data cadangan devisa Indonesia periode April 2024.
IHSG mengalami pelemahan sebesar 0,49% menuju posisi 7.088,79 pada penutupan perdagangan. Terlihat bahwa IHSG turun ke level psikologis 7.000 pada akhir sesi perdagangan hari itu.
Transaksi indeks pada akhir perdagangan mencapai Rp 12,8 triliun dengan volume transaksi mencapai 19,8 miliar lembar saham, yang telah ditransaksikan sebanyak 1,2 juta kali.
Saham Perbankan Menguatkan Penekanan IHSG
Sektor property menjadi penyumbang penurunan terbesar IHSG, tercatat sebesar 1,8%. Selain itu, saham-saham tertentu juga memperkuat penekanan IHSG pada akhir perdagangan tersebut.
Salah satu saham perbankan terbesar di Indonesia, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), menjadi penyumbang terbesar terhadap penurunan IHSG pada hari itu, dengan penurunan mencapai 22,3 indeks poin.
Cadangan Devisa Indonesia Turun
IHSG juga merosot setelah Bank Indonesia (BI) merilis data cadangan devisa Indonesia periode April 2024. Cadangan devisa Indonesia turun sebesar US$ 4,2 miliar, mencapai posisi US$ 136,2 miliar pada akhir April 2024. Ini menandai penurunan dari posisi pada akhir Maret 2024 sebesar US$ 140,4 miliar.
Menurut Direktur Departemen Komunikasi, Fajar Majardi, penurunan cadangan devisa dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri Pemerintah dan kebutuhan untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah.
Proyeksi Nilai Tukar Rupiah
Gubernur BI, Perry Warjiyo, memperkirakan bahwa nilai tukar rupiah akan menguat menjadi Rp 15.800 per dolar AS pada akhir tahun 2024. Beliau menyatakan keyakinannya bahwa rupiah akan tetap stabil selama kuartal II-2024.
Warjiyo juga menjelaskan bahwa BI telah mengambil langkah-langkah kebijakan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar, termasuk kenaikan suku bunga acuan menjadi 6,25%.
Kesimpulan
IHSG ditutup di zona merah, dipengaruhi oleh data cadangan devisa Indonesia yang menurun. Langkah-langkah kebijakan BI diharapkan dapat memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.
Komentar