Ekbis
Beranda » Berita » IHSG Melemah di Tengah Sentimen Pasar Positif, Inflasi AS di Bawah 3% Beri Harapan Pemangkasan Suku Bunga

IHSG Melemah di Tengah Sentimen Pasar Positif, Inflasi AS di Bawah 3% Beri Harapan Pemangkasan Suku Bunga

IHSG Menguat, Meningkat di Tengah Melandainya Inflasi AS
IHSG Menguat, Meningkat di Tengah Melandainya Inflasi AS

Medan, HarianBatakpos.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melemah pada perdagangan sesi I Kamis (15/8/2024), meski sentimen pasar global cenderung membaik setelah data inflasi terbaru Amerika Serikat (AS) kembali melandai di bawah 3%.

Hingga pukul 12:00 WIB, IHSG melemah 0,44% ke posisi 7.403,2. Meski terkoreksi, IHSG masih bertahan di level 7.400-an. Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini mencapai sekitar Rp 5,02 triliun dengan 9,3 miliar saham berpindah tangan sebanyak 605.185 kali. Sebanyak 247 saham menguat, 282 saham melemah, dan 252 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor bahan baku menjadi penekan terbesar IHSG di sesi I hari ini, mencapai 0,83%. Dari sisi saham, emiten perbankan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menjadi penekan terbesar IHSG di sesi I hari ini, mencapai 9,3 indeks poin.

BI Ungkap Utang Luar Negeri Indonesia Capai 431,5 Miliar Dolar

IHSG cenderung melemah, meski sentimen pasar cenderung positif setelah data inflasi terbaru AS kembali melandai hingga di bawah 3%. Indeks harga konsumen AS naik moderat pada Juli lalu, dan kenaikan inflasi tahunan melambat hingga di bawah 3% untuk pertama kalinya dalam hampir 3,5 tahun terakhir, membuka peluang bagi The Federal Reserve (The Fed) untuk memangkas suku bunga bulan depan.

Dalam 12 bulan hingga Juli, harga konsumen AS meningkat 2,9%, pertama kalinya di bawah 3% dan merupakan kenaikan terkecil sejak Maret 2021. Harga konsumen naik 3,0% secara tahunan pada Juni lalu, lebih baik dari ekspektasi pasar sebelumnya.

Estimasi ekonom untuk indeks harga PCE, tidak termasuk komponen makanan dan energi, berkisar antara kenaikan 0,1% hingga 0,18%. Indeks harga inti PCE naik 0,2% pada Juni lalu. Inflasi inti diperkirakan naik 2,6% secara tahunan, sesuai dengan kenaikan Juni 2024.

Data inflasi konsumen ini melengkapi data inflasi produsen yang juga melambat. Indeks harga produsen (PPI) untuk permintaan akhir naik tipis 0,1% pada Juli setelah naik 0,2% pada Juni, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja AS. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan PPI naik 0,2%. Dalam 12 bulan hingga Juli, PPI meningkat 2,2% setelah naik 2,7% pada Juni.

Kurs Rupiah Melemah! Nilai Tukar Hari Ini Tembus Rp16.308 per Dolar AS

Dengan melandainya inflasi AS, pasar semakin optimis bahwa The Fed dapat mulai memangkas suku bunga acuannya pada pertemuan bulan depan. Pasar keuangan mengantisipasi pemangkasan suku bunga sebesar 25 hingga 50 basis poin pada September, diikuti oleh pemangkasan serupa pada pertemuan November dan Desember.

Berdasarkan perangkat FedWatch, peluang The Fed memangkas suku bunga pada Desember sangat besar. Bahkan ada kemungkinan besar bank sentral AS menurunkan suku bunga sebanyak 50 basis poin menjadi 4,75% – 5,00% dari saat ini 5,25% – 5,50%.

Setelah September, pada dua pertemuan berikutnya pasar meyakini The Fed akan kembali memangkas suku bunganya. Sebesar 25 bp pada pertemuan November dan 25 bp pada Desember. Sehingga pada akhir tahun suku bunga The Fed diperkirakan berada di 4,25% – 4,50%.

The Fed telah mempertahankan suku bunga acuannya dalam kisaran 5,25% – 5,50% selama setahun, setelah menaikkannya sebesar 525 bp pada tahun 2022 dan 2023.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Postingan Terpopuler

BatakPos TV

Kominfo Padang Sidempuan

Kominfo Padang Sidempuan