HarianBatakpos.com – Indonesia ternyata memiliki pabrik-pabrik penghasil olahan sumber daya alam terbesar baik di Dunia, Asia bahkan di Indonesia sendiri. Misalnya saja, pabrik tembaga dan emas milik PT Freeport Indonesia yang baru beroperasi di Gresik, Jawa Timur. Kemudian, pabrik ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) milik konsorsium Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution di Kerawang, Jawa Barat.
Sementara itu, sebentar lagi Indonesia juga akan memiliki kilang minyak terbesar baru dengan kapasitas olahan sebanyak 360 ribu barel per hari (bph). Kilang minyak tersebut yaitu Kilang Balikpapan dari proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) milik PT Kilang Pertamina Internasional (KPI).
Direktur Utama PT KPI Taufik Aditiyawarman membeberkan bahwa proyek kilang RDMP akan rampung dibangun pada 2025 mendatang. Rincian kapasitasnya yakni, sebesar 300 ribu bph akan diproduksi dari Crude Distillation Unit (CDU) 4 Kilang Balikpapan, dan 60 ribu bph dari CDU 5 Kilang Balikpapan.
“Ada 2 nih Yang CDU 4 itu menjadi 300 ribu (bph), dari 200 ribu bph. Yang CDU 5-nya tetap 60 ribu (bph). Jadi totalnya 360 ribu (bph). Itu 2 CDU yang mengalami kemarin kebakaran itu adalah yang CDU 4, kita harus perbaiki dulu sebelum re-start up,” ujar dia dikutip Selasa (23/7/2024).
Taufik mengatakan Kilang Balikpapan nantinya akan memulai produksi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis gasoline atau bensin dengan standar global Euro 5 pada awal 2025. Selain jenis bensin, Kilang Balikpapan nantinya juga akan bisa memproduksi bahan bakar jenis lain seperti propylene, Liquefied Petroleum Gas (LPG), dan BBM jenis solar.
“Kapasitas pengolahan itu adalah 360 ribu bph. Dari 360 ribu bph itu kita dapatkan propylene 240 ribu ton per tahun, LPG nya 340 ribu ton per tahun. Nah sisanya berarti kan BBM, ada gasoline, kemudian Solar masih ada cuman lebih sedikit, lebih banyak gasoline karena kan gasoline Euro 5,” tutupnya.
Pabrik Tembaga Single Line Terbesar di Dunia
Sebelumnya, PT Freeport Indonesia (PTFI) resmi mengoperasikan pabrik konsentrat tembaga di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE, Gresik, Jawa Timur. Pabrik ini memiliki desain single line yang merupakan terbesar di dunia.
Smelter kedua yang dibangun PTFI setelah smelter PT Smelting ini mampu memurnikan konsentrat tembaga dengan kapasitas produksi hingga 1,7 juta ton setelah beroperasi penuh. Nantinya, produk katoda tembaga yang dihasilkan dapat mencapai 600 ribu ton per tahun. Selain menghasilkan produk katoda tembaga, smelter ini juga bakal menghasilkan produk sampingan, seperti produk yang terkandung dalam lumpur anoda, yakni emas dan perak murni sebanyak 6 ribu ton per tahun.
Produk sampingan lainnya adalah asam sulfat sebanyak 1,5 juta ton per tahun, terak tembaga sebanyak 1,3 juta ton per tahun, dan gipsum sebanyak 150 ribu ton per tahun. Mengutip laporan PTFI, nilai investasi kumulatif untuk proyek smelter Manyar yang menempati lahan seluas 100 hektare itu sudah mencapai US$3,7 miliar atau sekitar Rp59,9 triliun (asumsi kurs Rp16.213/US$).
Pabrik Ekosistem Baterai EV Terbesar di ASEAN
Pabrik ekosistem baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) resmi beroperasi di Indonesia pada Rabu (3/7/2024) di Karawang, Jawa Barat usai diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pabrik ekosistem baterai ini merupakan hasil kerjasama pemerintah RI dengan konsorsium dari Korea Selatan, yakni Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution. Pabrik sel baterai pertama ini berada di bawah operasi PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power.
PT HLI Green Power merupakan perusahaan joint venture antara Hyundai Motor Company, LG Energy Solution, dan PT Indonesia Battery Corporation (IBC). Investasi PT HLI Green Power merupakan tindak lanjut dari penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Kementerian Investasi/BKPM dan Konsorsium Hyundai, LG, dan IBC pada 28 Juli 2021 lalu.
Selanjutnya, pada September 2023 Jokowi melakukan kunjungan ke PT HLI Green Power untuk melakukan peninjauan langsung atas proses dan hasil produksi sel baterai kendaraan listrik. Pada fase pertama, PT HLI menyerap investasi sebesar US$1,1 miliar atau sekitar Rp17,8 triliun dan memiliki kapasitas produksi sebesar 10 gigawatt/hour (GWh), terdiri dari 32,6 juta sel baterai yang dapat menghasilkan kurang lebih 150 ribu kendaraan listrik. Pada fase kedua, diharapkan tahun 2025, PT HLI berencana meningkatkan kapasitas produksi menjadi 20 GWh.
Komentar