Jakarta – Indonesia terus menunjukkan kemajuan dalam aksi perubahan iklim. Hal ini terlihat dari data pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) yang dirilis oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada Jumat (12/1/2024).
Berdasarkan data inventarisasi GRK nasional, tingkat emisi GRK di Indonesia pada tahun 2022 sebesar 1.220 Mton CO2e. Angka ini naik sebesar 6,9% dari tahun sebelumnya (2021), namun turun sebesar 42% jika dibandingkan dengan skenario business as usual (BAU).
Peningkatan emisi GRK pada tahun 2022 disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain pemulihan ekonomi pasca pandemi COVID-19, peningkatan penggunaan listrik, dan naiknya harga komoditas pangan.
Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim KLHK Laksmi Dhewanthi mengatakan, penurunan emisi GRK pada tahun 2022 terutama disumbang oleh sektor kehutanan dan kebakaran gambut.
Angka deforestasi netto Indonesia tahun 2021-2022 mengalami penurunan sebesar 8,4%, menjadi 0,11 juta hektar. Angka ini merupakan titik terendah dalam 20 tahun terakhir.
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tahun 2023 juga berhasil ditekan lebih kecil dibandingkan tahun 2019. Hal ini dicapai melalui berbagai upaya pencegahan karhutla, mulai dari monitoring hotspot, penetapan kebijakan, aksi-aksi di lapangan, hingga penegakan hukum.
“Keberhasilan ini dicapai melalui keterpaduan dan kolaborasi para pihak dalam pengendalian karhutla,” ujar Laksmi.
Selain itu, penurunan emisi GRK juga disumbang oleh sektor energi. Pada tahun 2022, pemerintah Indonesia berhasil menambah kapasitas pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sebesar 1.375 megawatt. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah Indonesia untuk meningkatkan penggunaan energi bersih.
“Pemerintah Indonesia akan terus meningkatkan upaya pengurangan emisi GRK untuk mencapai target NDC,” ujar Laksmi. (SKM)
Komentar