Asian Development Bank (ADB) memperkirakan bahwa inflasi di kawasan Asia dan Pasifik akan menurun menjadi 3,2 persen pada tahun 2024, turun dari level sebelumnya, sejalan dengan penurunan tekanan harga secara global. Kepala Ekonom ADB, Albert Park, menyampaikan proyeksi ini dalam sebuah konferensi di Jakarta pada hari Kamis.
Penurunan ini diproyeksikan terjadi seiring dengan berkurangnya tekanan harga global dan kebijakan moneter yang masih cukup ketat di banyak perekonomian negara. Namun, meskipun terjadi penurunan, inflasi di luar Tiongkok masih tetap lebih tinggi dibandingkan sebelum terjadinya pandemi COVID-19.
Albert Park juga menyoroti kontribusi harga beras terhadap tingginya inflasi harga pangan, terutama bagi perekonomian yang bergantung pada impor. Dia menyebutkan bahwa harga beras kemungkinan akan tetap tinggi tahun ini, sebagaimana yang disajikan dalam laporan Asian Development Outlook (ADO) April 2024. Kegagalan panen akibat cuaca buruk dan pembatasan ekspor beras oleh India menjadi penyebab utama dari situasi ini.
Selain itu, kenaikan biaya pengapalan global akibat serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah dan kekeringan di Terusan Panama juga dapat menambah inflasi di kawasan Asia.
Untuk mengatasi kenaikan harga beras dan melindungi ketahanan pangan, berbagai pemerintah dapat memberikan subsidi yang ditargetkan kepada populasi rentan dan meningkatkan transparansi serta pemantauan pasar untuk mencegah manipulasi harga dan penimbunan.
Dalam jangka menengah dan panjang, kebijakan perlu difokuskan pada penciptaan cadangan beras strategis untuk menstabilkan harga, mempromosikan pertanian berkelanjutan, dan diversifikasi tanaman pangan. Investasi pada teknologi dan infrastruktur agrikultur juga dianggap penting untuk meningkatkan produktivitas.
Kerja sama regional dianggap sebagai salah satu solusi dalam mengelola harga beras dan dampaknya. ADB menekankan komitmennya untuk mencapai kesejahteraan di Asia dan Pasifik dengan terus melanjutkan upaya memberantas kemiskinan ekstrem.
ADB, didirikan pada tahun 1966, dimiliki oleh 68 anggota, dengan 49 anggota di antaranya berlokasi di kawasan Asia dan Pasifik. Organisasi ini terus berupaya menjadi agen perubahan positif dalam pembangunan ekonomi di kawasan tersebut.
Komentar