Karena penasaran, Irma terus menelepon nomor handphone anaknya itu. Bahkan dia menelepon sampai larut hari.
“Pukul11:00 WIB, siang telepon anak saya masuk, tapi tidak diangkat sebanyak 10 kali. Pukul 17:00 WIB sore telepon beredering dan sampai pukul 20:00 WIB, kembali saya telepon dan tidak diangkat. Saya mulai curiga. Tidak biasanya anak saya itu seperti ini. Pukul 23:30 WIB barulah handphone itu diangkat dan begitu diangkat dengar suara halo tapi langsung dimatikan. Telepon sekali lagi dimatikan. Saya heran dan tidak pernah anak saya begitu,” tuturnya.
Lalu wanita ini kembali menelepon untuk yang berulang kalinya dan dari seberang telepon suara laki laki menjawab dan mengatakan Ayi sedang sakit.
“Ke empat kali itu saya bilang tolong kasihkan handphone anakku dan lelaki itu mengaku bahwa Ayi tidak mau bicara. Saya telepon Kelima kalinya dan saya minta kirim lokasi. Dan pria dari seberang telepon itu terkejut dan mengatakan bukannya ibu sedang dikampung. Lalu saya bilang saya di Medan. Lalu saya menanyakan lelaki itu siapa dan dia menjawab dia mengaku adiknya Aldi. Disitu saja juga minta dimana anak saya,” kata Irma.
Dua puluh menit kemudian, masuklah lokasi yang dikirimkan seorang pria dengan menggunakan handphone Ayi atau korban melalui aplikasi WhatsApp. Selain itu, Irma juga meminta agar mereka mengirimkan alamat lokasi melalui pesan singkat (SMS).
“Lalu saya ke lokasi yang dikirim mereka sekitar pukul 23:45 WIB. Yaitu Jalan Karya Wisata, Kecamatan Medan Johor tepatnya dibelakang toko lontong Almira. Disitu saya lihat dimuka kamar kos ada kereta Vario warna merah masih bagus. Saya melihat Ayi di kamar kos hanya pakai kolor. Saya lihat anak saya sekarat, badannya penuh luka dan bagian kepalanya terdapat luka lebam,” urainya.
Didalam kamar kos itu, Nia sedang tidak berada ditempat, hanya ada Aldi dan Ade Fitriani. Menurut pengakuan mereka, temannya datang bergantian untuk merawat Ai. Sedangkan pakaian Ayi basah, makanya dia hanya memakai celana kolor.
“Menurut pengakuan Aldi, kondisi Ayi begitu karena tabrakan dengan anjing. Ayi sampai di kos Nia pukul 05:00 WIB, lalu keluarkan sepeda motor Vario, terus pergi dan tak pulang lagi. Tiba tiba ada orang kampung mengantarkan dan Ayi ke kos Nia. Selain itu, Aldi juga mengaku bahwa sudah sudah membawa ke klinik, tapi saat saya datangi klinik itu, mereka tidak ada menerima pasien bernama Ayi. Ada yang janggal dalam kasus ini,” herannya.
Selasa 12 Maret 2019 sekira pukul 01:00 WIB. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa anaknya dalam kondisi sekarat dengan penuh luka dan dilokasi juga terdapat infus.
“Lalu saya bertanya kepada Aldi dan dijawabnya bahwa temannya bernama Amalda sakit demam berdarah sebulan yang lalu. Sudah sebulan berlali tapi mengapa infus masih disitu. Kalau memang itu infus sudah sebulan, harusnya dibuang,” ungkapnya.
Lalu korban di bawah ke Rumah Sakit Royal Prima Pukul 05:00 WIB. Irma melihat dada Ayi biru dan Irma minta scanning kepala dan dada. Hasil scanning sudah terjadi pergumpalan darah di kepala. Disitu dokter minta agar Langsung dioperasi. Pukul 07:00 WIB, Ayi dibawa masuk keruangan ICU. Sekitar pukul 14:30 WIB, Ayi menyebut nama Aldi. Lalu Irma menemui Aldi di kos si Nia. Kata temannya yang ada di kos itu bahwa Aldi sudah di kampus.
“Saya bawa Aldi dari kampus, dan saya bawa Aldi kerumah sakit. Kemudian Ai tidak sadarkan diri. Setelah bertemu, lalu saya antar Aldi kembali kampus. Diperjalanan Aldi menelepon seseorang didalam mobil dan mengatakan kamu bilang tidak apa apa. Nyatanya. Perkataan si Aldi ini membuat saya curiga, siapa yang ditelepon si Aldi ya sehingga begitu, apa ada kaitannya dengan kejadian anak saya ini,’ ungkapnya.
Setelah itu, Irma hendak membuat pengaduan ke Polrestabes Medan, akan tetapi dia diarahkan ke Polsek Delitua, sampai disana, lalu dia diarahkan ke pos lantas Polsek Delitua. Begitu sampai disana sekitar pukul 20:00 WIB, masuk telepon dari tim dokter Rumah Sakit Royal Prima, sehingga dia belum jadi membuat laporan pengaduan.
“Saya disuruh datang RS Royal Prima oleh tim dokter. Saya sampai disana (rumah sakit) sekira pukul 21:00 WIB. Disitulah anak saya meninggal dan dikebumikan di kampung,” ungkapnya.
Setelah insiden itu, barulah Irma membuat laporan pengaduan ke Mapolrestabes Medan, sesuai dengan nomor pengaduan STTLP 290/III/2019 Restabes Medan, tepatnya 27 Maret 2019. Atas kejadian itu, dia berharap agar kepolisian, khususnya Polrestabes Medan profesional menanganinya.”Kalau bisa kasus ini segera diungkap,” terangnya.(BP/Reza)
Komentar