Internasional Peristiwa
Beranda » Berita » Jenderal Zuniga Mengaku Diperintah Presiden dalam Kudeta Gagal di Bolivia

Jenderal Zuniga Mengaku Diperintah Presiden dalam Kudeta Gagal di Bolivia

HarianBatakpos,com, JAKARTA  BP: Dalam beberapa jam, Bolivia yang berpenduduk 12 juta jiwa menyaksikan tentara menduduki istana negara di bawah komando Jenderal Juan Jose Zuniga, yang menolak diturunkan sebagai panglima militer, dengan dukungan Presiden Luis Arce yang menetapkan pergantian pimpinan militer. Para serdadu mundur dari ibu kota setelah diperintahkan oleh panglima militer baru.

Kudeta yang dipimpin Zuniga hanya bertahan selama tiga jam. Dia diyakini berkomplot dengan bekas wakil panglima angkatan laut, Juan Arnez Salvador. Keduanya ditangkap dan ditahan atas perintah kejaksaan. Akibatnya, pendukung pemerintah turun ke jalan merayakan tegaknya supremasi sipil, mengibarkan bendera negara, dan menyanyikan lagu-lagu nasional, seperti disadur dari lama detikNews.

“Apa tujuan kudeta ini? Tujuannya adalah untuk menjatuhkan otoritas yang terpilih secara demokratis,” kata Menteri Pemerintahan Eduardo del Castillo kepada wartawan.

Kasus TPPO Jual Bayi ke Singapura Dibongkar Polda Jabar, 12 Tersangka Ditangkap

Pada Rabu malam, Menteri Pertahanan Edmundo Novillo memastikan “situasi telah terkendali,” dalam jumpa pers bersama panglima militer Jose Wilson Sanchez. Novillo mengatakan, “Bolivia telah melewati sebuah kudeta yang gagal.”

Kudeta Demi ‘Demokrasi’?

Dalam beberapa bulan terakhir, Bolivia dilanda ketegangan akibat perseteruan antara Presiden Arce dan sekutunya, mantan presiden Evo Morales, yang bersaing memperebutkan kendali partai penguasa. Ketidakstabilan politik meningkatkan tekanan di tengah krisis ekonomi. Barisan pendukung Morales di Kongres misalnya, menghambat beberapa inisiatif Presiden Arce untuk menambah utang demi menangani krisis.

Jenderal Zuniga menggunakan ketegangan di Bolivia sebagai alasan kudeta. Kepada wartawan, dia mengklaim muak dengan pertikaian politik dan mengambil tindakan “untuk memulihkan demokrasi.” Dia menyatakan bahwa selama bertahun-tahun, elite politik telah mengambil alih kendali negara dan menyebabkan krisis saat ini.

Sebelum ditahan, Jenderal Zuniga mengklaim hanya menjalankan perintah. “Presiden mengatakan kepada saya bahwa situasinya memburuk dan kritis. Sangat penting untuk mempersiapkan sesuatu demi menaikkan popularitas saya,” katanya mengutip Arce. Dia bahkan menanyakan apakah harus membawa unit kendaraan lapis baja, yang dijawab presiden, “Bawalah mereka keluar” dari barak.

Pesepeda MTB Tewas Tertabrak di Jembatan Suramadu, Diduga Jadi Korban Tabrak Lari

Bantahan dan Ancaman Hukuman

Menteri Kehakiman Ivan Lima membantah klaim Zuniga dan menyebutnya sebagai kebohongan yang harus dijawab di pengadilan. Kejaksaan sedang mempersiapkan dakwaan dengan ancaman penjara 15 sampai 20 tahun, “karena telah menyerang demokrasi dan konstitusi,” tulis Lima di platform X atau Twitter.

Reaksi Internasional dan Keterlibatan Negara Asing

Upaya kudeta di Bolivia mendapat kecaman internasional, terutama dari Rusia, sekutu dekat pemerintahan di Sucre. “Kami mengecam keras upaya kudeta militer dan menawarkan dukungan penuh bagi pemerintahan Presiden Luis Arce,” tulis Kementerian Luar Negeri Rusia pada Kamis (27/6), seperti dilansir kantor berita AFP. “Rusia berdiri dalam solidaritas dan persaudaraan dengan Bolivia, mitra strategis kami yang selalu bisa diandalkan.”

Arce baru-baru ini mengunjungi Rusia dan bertemu dengan Presiden Vladimir Putin di Forum Ekonomi Internasional di St. Petersburg. Putin memuji hubungan erat antara kedua negara dan berharap dapat meningkatkan hubungan ekonomi. Kunjungan Arce dianggap penting di tengah isolasi internasional yang dialami Rusia sejak menginvasi Ukraina.

Bolivia baru-baru ini sepakat membeli minyak dari Rusia untuk mengatasi kekurangan di dalam negeri. Langkah ini diambil karena penurunan produksi sumur lama dan resesi yang mengekang investasi. Bolivia memiliki cadangan litium terbesar di dunia yang sebagian besar dikelola dengan dana investasi dari China dan Rusia.

Rusia menuduh adanya keterlibatan pihak asing yang ingin mencampuri urusan politik di Sucre. “Kami memperingatkan terhadap upaya campur tangan asing yang merusak urusan dalam negeri Bolivia dan negara-negara lain, yang telah berulang kali menimbulkan konsekuensi tragis bagi sejumlah negara dan masyarakat, termasuk di kawasan Amerika Latin,” kata Kementerian Luar Negeri Rusia.

Meskipun tidak secara langsung, tuduhan tersebut sering kali diarahkan kepada Amerika Serikat, yang punya sejarah panjang memaksakan pergantian politik di Amerika Selatan lewat kudeta. Pada tahun 1971, misalnya, AS mendukung kudeta Jenderal Hugo Banzer terhadap pemerintahan sosialis Bolivia.

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *