Jakarta, harianbatakpos.com – Siapa sangka, sosok asal Tanah Batak ini mendulang kekayaan luar biasa hingga setara triliunan Rupiah. Sumber hartanya bukan dari tambang atau properti, melainkan dari tanaman bernama Kapor Barus.
Sosok itu tak lain adalah Sisingamangaraja, penguasa Negeri Toba dari Tanah Batak. Dia bukan sebutan perorangan, tetapi mengarah ke keluarga yang dimulai dari Sisingamangaraja I (1530) hingga Sisingamangaraja XII (1876).
Selama berkuasa, Sisingamangaraja punya hak absolut perdagangan Kapur Barus.
Tanaman Kapur Barus tak mudah ditemukan di dunia. Tanaman ini hanya ada di tiga lokasi di muka Bumi. Antara lain, Sumatera, Malaya, dan Kalimantan. Permintaan tinggi dari orang-orang di dunia membuat harganya sangat mahal. Apalagi, lokasi keberadaannya juga terbatas.
Atas dasar ini, siapa pun yang mempunyai tanaman Kapur Barus dipastikan bakal kaya raya. Salah satunya adalah Sisingamanagraja yang menguasai tanaman Kapur Barus di Sumatera.
Augustin Sibarani dalam Perjuangan Pahlawan Nasional Sisingamangaraja XII (1988) mencatat, sejak Sisingamangaraja I berkuasa pada 1530, kerajaan sudah memperdagangkan Kapur Barus ke pedagang Arab dan Eropa untuk dipasarkan ke seluruh dunia. Perlahan, kerajaan kelak tak hanya berdagang, tetapi juga sukses memonopoli pasar Kapur Barus di Sumatera Utara.
Tak heran, Sisingamangaraja pun kaya raya. Besarnya kekayaannya terlihat dari kebiasaannya menabung emas dan berlian. Diketahui, selama ribuan tahun, trah Keluarga Sisingamangaraja hobi menimbun emas dan perhiasan.
“Raja-raja Sisingamangaraja dari mulai yang ke-1 hingga ke-10, semuanya suka mengumpulkan Blue Diamonds dari Ceylon. Lalu juga Intan-intan Ceylon yang dibawa untuk dari India melalui Barus. Intan-intan Ceylon ini besarnya seperti telur burung,” tulis Augustin Sibarani.
Seberapa banyak kekayaannya baru terlihat ketika terjadi serangan ke jantung Tanah Batak. Dalam serangan orang-orang Padri tahun 1818, misalnya, diketahui kepemilikan emas Sisingamangaraja luar biasa melimpah.
Menurut Mangaraja Onggang Parlindungan dalam Tuanku Rao (1964), para penyerang mengambil perhiasan yang diangkut oleh 17 kuda. Masing-masing kuda bisa membawa 60 kg emas. Jika ditotal, bisa mencapai 1 ton emas.
Jika dikonversi ke nilai masa sekarang, maka harta 1 ton emas milik penguasa Tanah Batak itu mencapai Rp1,71 triliun. Hanya saja, nilai ini belum menggabungkan simpanan emas yang disembunyikan ketika serangan tiba.
Monopoli Sisingamangaraja atas tanaman Kapur Barus mulai berkurang ketika penjajahan Belanda. Terjadi pergeseran hingga membuat penguasa saat itu, Sisingamangaraja XII, tak lagi sekaya para pendahulu. Sampai akhirnya, semuanya berakhir ketika Sisingamangaraja XII tewas di tangan Belanda.
Dengan demikian, seluruh hartanya pun hilang begitu saja. (red)
Komentar