Medan, HarianBatakpos.com – Gagasan memasukkan serangga sebagai bagian dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diusulkan oleh Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menarik perhatian publik. Dalam pernyataan pada acara Rampinas PIRA di Jakarta, Dadan menjelaskan bahwa serangga dapat menjadi alternatif makanan bergizi.
“Kalau ada daerah-daerah tertentu yang terbiasa makan seperti itu (serangga), itu (serangga) bisa menjadi menu di daerah tersebut,” ucapnya, sebagaimana dikutip dari Antara.
Namun, apa sebenarnya kandungan nutrisi dari serangga, dan mengapa makanan ini dianggap sebagai solusi inovatif untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat?
Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) menyoroti bahwa kandungan nutrisi serangga tidak kalah dibandingkan dengan sumber protein lain. Crude protein dalam banyak spesies serangga mencapai lebih dari 60%. Beberapa jenis serangga kaya akan protein, asam lemak, dan mikronutrien penting.
Kandungan nutrisi serangga bervariasi tergantung pada spesies dan dietnya. Rumpold dan Schlüter (2013) mencatat bahwa serangga seperti jangkrik dan ulat mengandung zat besi, magnesium, dan vitamin B12 yang lebih tinggi daripada salmon.
Serangga juga menawarkan solusi keberlanjutan. Produksi serangga sebagai sumber pangan membutuhkan lahan dan air yang lebih sedikit dibandingkan ternak. Dengan lebih dari 2 miliar orang di dunia yang rutin mengonsumsi serangga, ini menunjukkan potensi besar dalam diet sehat.
Meskipun ada stigma budaya terkait konsumsi serangga, edukasi dan promosi tentang manfaatnya perlu digalakkan. FAO menyatakan bahwa kandungan nutrisi dari serangga setara dengan sumber daging lain, menjadikannya alternatif yang layak untuk Makan Bergizi Gratis.
Komentar