Medan, HarianBatakpos.com – Sifilis kini tercatat sebagai salah satu penyakit menular seksual (PMS) paling banyak diderita di Indonesia, termasuk di kalangan remaja dan ibu hamil.
Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, dr Jaya Mualimin, mengungkapkan bahwa dari total kasus sifilis yang ditangani, terdapat 42 kasus pada remaja usia 15-19 tahun dan beberapa kasus penularan pada bayi di bawah 5 tahun.
Sifilis pada bayi, atau dikenal sebagai sifilis kongenital, terjadi akibat penularan dari ibu yang terinfeksi melalui plasenta selama kehamilan.
“Penting untuk mendeteksi dan mengobati sifilis pada ibu hamil agar mencegah penularan transplasental ke janin,” ujar dr Jaya), dilansir dari prokal.co.
Pencegahan dan Penanganan Sifilis Kongenital
Gejala sifilis kongenital pada bayi meliputi pembesaran hati atau limpa, ruam kulit, hingga kelainan fisik yang serius.
Pengobatan dengan antibiotik seperti penisilin efektif untuk menangani kasus ini. Pemerintah juga menggencarkan program tripel eliminasi, yaitu upaya mengurangi penularan HIV, sifilis, dan hepatitis B pada ibu hamil.
“Skrining ini dilakukan menggunakan rapid diagnostic test (RDT) yang disediakan di fasilitas kesehatan. Program ini bertujuan mencegah penularan sejak dini,” tambahnya.
Perilaku Remaja dan Risiko Penyebaran
Selain penularan vertikal, kasus sifilis meningkat pada remaja akibat perilaku seksual berisiko. Remaja usia 15-19 tahun merupakan kelompok dengan angka infeksi tertinggi karena hubungan seksual tanpa pengaman.
“Penyebab utama adalah hubungan seksual bebas tanpa pelindung,” jelas dr Jaya. Diskes menyediakan pengobatan gratis di Puskesmas, termasuk bagi pasien BPJS.
Imbauan Penting
Masyarakat diimbau untuk tidak mengabaikan gejala awal sifilis, seperti lesi di kelamin atau ruam kulit. “Pengobatan lebih cepat lebih baik,” tegasnya. Dengan pemantauan kesehatan ibu hamil dan edukasi pada remaja, diharapkan penyebaran penyakit ini dapat ditekan.
Komentar