harianbatakpos.com – Sebanyak lima orang dilaporkan tewas dalam kebakaran hebat yang melanda pemukiman di Jalan Kali Anyar IV, Tambora, Jakarta Barat, pada Selasa (15/10/2024) dini hari. Kebakaran ini memakan korban jiwa dan mengakibatkan kerugian materiil yang mencapai lebih dari Rp10 miliar. Dalam tragedi tersebut, dua perempuan dan tiga anak laki-laki menjadi korban. Kejadian ini tidak hanya menimbulkan kesedihan mendalam, tetapi juga membuka mata kita akan pentingnya edukasi keselamatan, terutama dalam bidang pencegahan kebakaran.
Menurut keterangan Kasie Ops Gulkamart Jakarta Barat, Syarifuddin, kebakaran terjadi akibat dugaan kebocoran gas di salah satu rumah di daerah tersebut. Warga sekitar mendengar dentuman keras sekitar pukul 01.23 WIB, yang segera disusul oleh kobaran api. Api melahap sekitar 30 unit rumah, dan upaya pemadaman berlangsung selama delapan jam, dengan melibatkan 22 unit pemadam kebakaran serta 110 personel damkar.
Korban jiwa dalam peristiwa tragis ini terdiri dari dua perempuan, yaitu Sriyani (66) dan Aryanti (44), serta tiga anak laki-laki, yaitu Raihan (7), Asgar (13), dan Yoka (12). Kehilangan ini menimbulkan duka yang mendalam bagi keluarga dan warga sekitar, sekaligus menyoroti pentingnya kesadaran akan keselamatan di rumah tangga.
Pelajaran Penting bagi Pendidikan Keselamatan Masyarakat
Tragedi kebakaran ini membawa pesan penting terkait kesadaran dan pendidikan keselamatan, terutama di kalangan masyarakat. Di tengah berkembangnya teknologi dan informasi, literasi tentang keamanan dasar seperti penanganan tabung gas, penggunaan alat pemadam api ringan (APAR), hingga evakuasi darurat sering kali terabaikan.
Dalam konteks pendidikan, kebakaran ini bisa menjadi pengingat bagi sekolah-sekolah, lembaga pendidikan, dan komunitas untuk lebih serius dalam menyelenggarakan program pembelajaran mengenai keselamatan. Kurikulum tentang pencegahan kebakaran, penyelamatan diri, dan penggunaan alat keselamatan bisa menjadi bagian penting dalam pelajaran formal maupun kegiatan ekstrakurikuler.
Program seperti Safety Education atau pelatihan tanggap darurat bagi anak-anak dan orang dewasa di sekolah maupun lingkungan masyarakat dapat membantu meningkatkan kesadaran. Penerapan simulasi kebakaran di sekolah juga dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan keterampilan dasar yang berguna dalam situasi darurat.
Selain dari sisi pendidikan, kolaborasi antara pemerintah, dinas pemadam kebakaran, dan lembaga pendidikan sangat diperlukan. Pemerintah bisa berperan dengan meningkatkan sosialisasi serta memberikan pelatihan langsung kepada masyarakat di daerah rawan kebakaran seperti Tambora.
Institusi pendidikan juga diharapkan bisa berperan aktif dalam menyelenggarakan edukasi mengenai pentingnya kesadaran akan keselamatan, termasuk mengajarkan anak-anak tentang cara menangani potensi bahaya di rumah. Program ini bisa diperluas melalui pendidikan berbasis proyek, di mana siswa diberikan tugas atau proyek untuk menyusun rencana tanggap darurat di rumah masing-masing, dan kemudian diajarkan bagaimana mengeksekusinya dalam kondisi sebenarnya.
Tragedi kebakaran ini harus menjadi momen refleksi bagi semua pihak—masyarakat, pemerintah, dan lembaga pendidikan—untuk lebih serius dalam upaya pencegahan dan pendidikan keselamatan. Pendidikan tidak hanya berfokus pada aspek akademik, tetapi juga penting untuk menanamkan nilai-nilai dasar seperti tanggung jawab terhadap keselamatan diri dan orang lain.
Dengan kesadaran dan pendidikan yang lebih baik, kita dapat mencegah tragedi serupa terulang di masa depan. Ini bukan hanya tentang menyelamatkan nyawa, tetapi juga melindungi masa depan generasi muda dari bahaya yang mungkin terjadi di sekitar mereka. BP/CW1
Komentar