Tangerang, Selasa – Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KemenkopUKM) menilai sektor industri furnitur atau mebel dapat membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini terlihat dari tren peningkatan permintaan terhadap industri furnitur ramah lingkungan di dunia hingga mencapai $51,02 miliar U.S dolar atau 8,6 persen pada tahun 2024.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Teten Masduki, menyatakan dukungannya terhadap pengembangan industri furnitur dengan memperluas tanaman bambu di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat. Menurutnya, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat pengembangan furnitur dunia karena kekayaan alam yang berlimpah seperti kayu, bambu, dan rotan.
“Indonesia memiliki potensi menjadi penyuplai furnitur dunia, karena kita memiliki material yang cukup banyak, ada kayu, bambu, dan rotan. Maka kesempatan ini saya kira harus dimanfaatkan dengan baik,” ujar Teten Masduki.
Posisi Indonesia yang memiliki nilai produksi bambu terbesar ketiga di dunia menjadi modal baik untuk meningkatkan sektor industri furnitur dalam negeri. Teten menekankan bahwa pemerintah akan terus mendukung para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk memproduksi produk ramah lingkungan.
“Dukungan pemerintah akan terus diberikan, termasuk perluasan tanaman bambu sebagai bahan baku. Kita nanti akan mendukung untuk suplai bahan baku itu sendiri,” katanya.
Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) juga menyoroti pertumbuhan permintaan terhadap industri furnitur ramah lingkungan. Dalam kondisi global yang belum pulih, industri ini masih menjadi kontributor nilai ekspor yang signifikan, mendukung industri pariwisata dan hospitality di dalam negeri.
Meskipun nilai ekspor mebel dan kerajinan Indonesia mengalami penurunan sebesar 28 persen pada periode Januari-September 2023, Asmindo mencatat pertumbuhan permintaan global terhadap furnitur ramah lingkungan diperkirakan akan mencapai $51,02 miliar pada tahun 2024.
Ketua Umum Asmindo, Dedy Rochimat, menyampaikan bahwa penurunan nilai ekspor tersebut tidak mengurangi potensi Indonesia dalam pengembangan industri furnitur. Asmindo berharap adanya peningkatan kerja sama dan investasi luar negeri untuk membangun pusat riset dan produksi furnitur berkelanjutan.
“Pentingnya isu-isu lingkungan, seperti pemanasan global dan perubahan iklim, tidak bisa diabaikan. Asmindo berharap dengan acara ini akan membawa peningkatan pada kerja sama di antaranya: mendatangkan investasi luar negeri, terbangunnya pusat riset bahan baku yang berkelanjutan, terjadinya transfer pengetahuan dan teknologi, peningkatan kapasitas SDM furnitur, peningkatan pada pemasaran, dan pertukaran informasi pasar,” ungkap Dedy Rochimat.
Komentar