Internasional
Beranda » Berita » Kemiskinan: Kisah Warga Venezuela Hidup dengan Rp18.000 per Bulan

Kemiskinan: Kisah Warga Venezuela Hidup dengan Rp18.000 per Bulan

Foto: BBC/OSWER DIAZ MIRELES

Harianbatakpos.com – Pada 1980, usia tua adalah hal yang terlihat jauh bagi Norma Mujica.

“Saat itu saya berusia 27 tahun. Saya telah menikah dan menari salsa dengan suami saya di disko. Kami sangat menyukai Oscar de Leon dan Celia Cruz,” katanya mengenang masa mudanya di ibu kota Venezuela, Caracas.

“Kadang-kadang kami membeli makanan China di restoran dan di akhir pekan kami pergi ke pantai atau berjalan-jalan.”

Perang Iran-Israel Terancam Meluas, Dunia Panik Jika Amerika dan Negara Teluk Turut Terlibat

Sekarang pada usia 67 tahun, hari-hari Norma sangat berbeda.

Karena mata uang Venezuela (bolivar) terus mengalami devaluasi, uang pensiunnya yang dulunya setara dengan US$172 (Rp2,4 juta) sebulan kini hanya bernilai US$1,30 (sekitar Rp18.500).

Rumahnya yang sederhana, dengan atap seng dan plester yang mengelupas, terletak di jalan terjal yang berlubang.

Di dalam rumah, tirai usang, poster Yesus, dan perabotan bobrok menghiasi ruangan, tetapi lantai rumah dalam kondisi yang baik.

Ribuan Jemaah Ilegal Diusir Arab Saudi, Denda Tembus Rp81 Juta! Waspada Sebelum Berangkat Haji

Norma juga memiliki mesin cuci tua dan kompor gas.

Tumbuh besar dengan suara drum

Norma duduk di kursi plastik kecil, mengenakan daster lusuh, dan sepatu Crocs palsu dengan kaus kaki wol.

Sejak dia lahir, dia tinggal di daerah miskin yang sama di pinggiran Caracas, kawasan perbukitan di 23 de Enero.

“Ayah saya memainkan alat musik timbales di sebuah orkestra. Di sini, di 23 de Enero selalu terdengar musik salsa dan merengue,” katanya kepada BBC.

“Saya membeli rumah kecil ini bersama suami saya dan sedikit demi sedikit kami membangunnya dengan pasir dan semen. Ketika saya berusia 40 tahun, Tuhan mendengar doa saya dan memberi saya putra satu-satunya. Saya butuh waktu lama untuk hamil.”

Eliécer, putranya, “tidak pernah menginginkan apa pun”, katanya.

Rafael Alcalá, suaminya, bekerja sebagai asisten sistem TI di sebuah bank

Norma adalah pegawai negeri di bagian kesejahteraan sosial di Kementerian Pendidikan. Dia sudah bekerja di sana sejak usia 19 tahun.

“Saya melakukan segalanya: Saya adalah seorang sekretaris, asisten kantor … sif dimulai pukul sepuluh dan selesai pukul sembilan.”

Krisis Venezuela: Warga makan daging busuk untuk bertahan

Krisis ekonomi yang menyebabkan para ibu di Venezuela ‘membuang’ bayinya

Jatuh sakit

Pada tahun 2000, Norma mengalami stroke di tempat kerja. “Tekanan darah saya melonjak, saya jatuh ke lantai dan mengalami kondisi yang buruk,” kenangnya.

Akhirnya dia bisa berbicara dan berjalan lagi dengan tongkat. Tapi dia tidak pernah bisa melanjutkan pekerjaan. Dia pensiun lebih awal, pada September 2000 karena disabilitas.

Saat itu, tunjangan Norma setara dengan US$172 (Rp 2,4 juta) per bulan, yang memungkinkannya memenuhi semua kebutuhan dasarnya.

“Saya mampu membeli makanan yang cukup, membayar tagihan telepon, membeli obat, dan yang terpenting, suami saya bekerja,” katanya.

Dia mendapat manfaat dari perubahan yang diberlakukan setelah reformasi konstitusi pada 1999 oleh mantan Presiden Hugo Chavez.

Perubahan itu mengamanatkan pemerintah untuk membayar upah minimum dan pensiun yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar warga.

Saat suami Norma meninggal pada 2015, uang pensiun itu menjadi satu-satunya penghasilannya.

Laman: 1 2 3

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Postingan Terpopuler

BatakPos TV

Kominfo Padang Sidempuan

Kominfo Padang Sidempuan